Selasa, 07 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 6 (Bahasa Indonesia)

Pengkhianatan Mine

Sesaat kami tiba di kota, hari sudah mulai malam. Kami langsung pergi menuju ke toko senjata.

“Ah, ini dia si bocah perisai. Asal kau tahu, Pahlawan yang lain juga datang ke sini setelah kau pergi.”

Jadi yang lainnya juga membeli perlengkapan mereka di toko ini, hah? Tak heran penjaga toko ini terlihat sangat gembira.

“Aku mengerti. Coba, aku ingin tahu, apakah kau ingin membeli ini?”

Aku menunjukkannya kulit-kulit yang kukumpulkan dari Orange Balloon yang kami buru hari ini, tapi dia hanya melambaikan tangannya ke arah pintu dengan acuh.

“Ada sebuah toko di sekitar sini yang khusus membeli dan menjual barang-barang jatuhan monster. Aku yakin mereka akan membelinya darimu.”
“Terima kasih.”
“Sama-sama. Jadi, apakah kau butuh sesuatu yang lain?”
“Ya. Aku ingin membelikan rekanku ini beberapa perlengkapan.”

Aku berkeliling toko melihat-lihat demi Mine dan aku melihatnya sedang menatap tajam sebuah armor yang terpampang di pajangan.


“Berapa pengeluaranmu kali ini?”

Aku masih punya sisa 680 koin perak. Bagaimana cara terbaik untuk mempergunakannya?

“Menurutmu bagaimana, Mine?”
“...”

Mine menimbang-nimbang perlengkapan dengan tampang serius di wajahnya dan sepertinya dia tak mendengarku. Tapi, aku benar-benar membutuhkan sarannya saat ini. Lagi pula, seusai kami belanja kami harus punya cukup sisa untuk melewati satu bulan ke depan, tapi aku bahkan tak tahu berapa biaya untuk penginapannya, aku tak bisa memutuskannya sendirian.

“Perlengkapan untuk rekanmu, heh? Yah, tentu itu akan membuatnya lebih kuat...”
“Benar?”

Karena aku sama sekali tak bisa menyerang, kami jelas akan mendapatkan uang kami dengan membuat Mine dipersenjatai dengan sebaik mungkin. Atau paling tidak, itulah rencananya.

“Walau mungkin itu harganya akan sangat mahal, jadi, bagaimana kalau kita mulai menawar diskon?”
“Kau sungguh orang yang sangat menghibur, Tuan Pahlawan.”
“diskon 80%!”
“Apa kau gila? Itu berarti harganya cuma 20%!”
“Kau yang salah! 79% diskon!”
“Tch! Itu hanya 21%!”
“90% diskon!”
“Bahkan setengah harga aja sudah terlalu baik untuk orang berengsek yang membeli tanpa melihat qualitasnya!”
“Berhenti menaikkan kembali harganya! 100% diskon!”
“Itu namanya minta gratis! Uhh, oke, 5% diskon!”
“Tak cukup! 92% diskon!”

Dan seterusnya.

Lalu Mine kembali ke meja etalase, membawa sepasang armor yang menggiurkan dan sebuah pedang yang terbuat dari logam aneh yang terlihat mahal.

“Saya telah selesai belanja, Tuan Pahlawan.”
“Jadi, berapa totalnya, om? Termasuk dengan 60% diskon, tentunya.”
“480 koin perak. 59% adalah diskon tertinggi yang bisa kuberikan!”

Mengejutkan sekali, proses tawar-menawarku bisa menurunkan harganya dengan drastis. Masih, dengan sisa hanya 200 koin perak...

“Mine... bisakah kau agak sedikit pengertian? Aku juga masih harus membayar biaya penginapan dan biaya hidup lainnya, tahu.”
“Tak apa, Tuan Pahlawan. Jikalau saya menjadi lebih kuat, kita akan bisa mengalahkan monster yang lebih kuat dan mendapatkan uang kita kembali dengan menjual material mereka, kan?”

Mine menekan dadanya ke lenganku dan memohon padaku. Matanya berbinar-binar.

“Y-yah, kalau kau bersikeras...”

Kalau dipikir-pikir, 200 koin perak itu diberikan kepadaku atas kekurangan anggotaku. Sisanya memang seharusnya digunakan untuk persenjataan sedari awal. Kalau dilihat dari sudut pandang tersebut, sungguh sebuah kesempatan yang bagus sejumlah 200 koin perak itu disisakan dengan jelas karena sisa ini akan cukup untukku melewati satu bulan ke depan.

...Walau begitu, aku merasa akan lebih baik jikalau aku menaikkan level sedikit lagi dan memperoleh pendapatan yang tetap sebelum aku mencoba merekrut anggota lain.

“Oke! Aku akan membelinya.”
“Terima kasih banyak! Anda sungguh Pahlawan yang menakjubkan, tuan!”
“Ha ha, yah. Aku hanya sangat menyukai berbisnis, itu saja.”

Di dalam game online, aku sangat suka mencari uang. Aku punya bakat luar biasa untuk membeli dengan harga rendah, menjual dengan harga tinggi, dan menang lelang dengan mudah. Tapi bukan berarti itu mudah, tahu. Dengan segala informasi berada di tangan si penjual, di dalam game pemain sungguhan sangat sulit untuk diajak tawar menawar!

“Terima kasih, Tuan Pahlawan.”

Mine berterima kasih dengan mencium tanganku lembut.

...Yeah! Poin Kedekatan: NAIK! Perjalanan kami mulai esok hari pasti akan sangat menyenangkan!

Uhuk.

Pokoknya, dengan mengenakan perlengkapan baru, aku dan Mine pergi ke penginapan kota. Biaya per malamnya adalah 30 koin perunggu untuk satu orang.

“Kami akan ambil dua kamar.”
“Tidak satu saja?”
“Tuan Pahlawan...”

Diam-diam Mine memancarkan sebuah hawa tekanan.

Uhh... Aku rasa aku tak bisa berbuat apa-apa.

“Oke, dua kamar.”
“Ya, ya. Terima kasih atas pesanan anda.”

Dengan sombong si penjaga penginapan mengusapkan kedua tangannya bersamaan dan menunjukkan kami ruang yang kami sewa. Setelah mendapatkan berbagai informasi yang tak terkira banyaknya ke kepalaku, kami mampir sejenak ke kedai di sebelah untuk makan malam. Aku memesan dua makanan mewah spesial, yang seharga lima koin perunggu satunya.

“Oh iya aku baru ingat...”

Aku menjabarkan peta yang kubeli di tengah perjalanan kembali ke kota dan menyuruh Mine membantuku menentukan lokasi di peta.

“Yang di sini adalah padang rumput tempat kita bertarung hari ini, kan?”

Aku membuat catatan tentang medan area ini di peta, untuk referensi di masa depan. Mungkin akan lebih baik kalau kutanyakan kepada Ren atau Motoyasu tentang hal seperti ini, tapi dilihat dari tingkah laku mereka kemarin, mereka mungkin tidak akan memberitahukanku apa-apa. Orang-orang seperti mereka pasti akan melakukan apapun demi mendapatkan keuntungan dari orang lain, tanpa pikir panjang. Tak heran jika mereka mungkin akan mengambil keuntungan atas ketidaktahuanku dengan menjebakku ke sebuah sarang monster-monster kuat atau semacamnya.

Itulah mengapa aku lebih memilih untuk bertanya pada Mine, yang terlihat cukup berpengetahuan tentang hal semacam ini.

“Ya, itu benar.”
“Dan dari percakapan kita tadi, apakah tebakanku benar kalau hutan yang ada di sini adalah tempat kita berburu selanjutnya setelah padang rumput itu?”

Peta ini menunjukkan pandangan secara luas dari medan negeri ini. Pada dasarnya, di sana tertera sebuah padang rumput dengan gambar kastil di tengahnya. Dari sana, ada beberapa jalan menuju ke hutan dan pegunungan, serta jalan yang berpotongan dengan sungai dan desa-desa.

Akan tetapi, karena peta ini sangat kecil, hanya beberapa desa di dekat ibu kota yang bisa terlihat. Peta ini tak memberikan tanda apapun kira-kira ada apa di balik hutan, yang mana, ini sangat menyebalkan. Tanpa tahu ke mana kami harus pergi dan monster macam apa yang ada di sana, mustahil untuk terus melanjutkan perjalanan.

“Ya. Memang tidak tertera di peta, tapi tujuan kita saat ini adalah Desa Raffin, yang terletak di balik hutan.”
“Hmm...”
“Dan, setelah melewati Raffin, terletak sebuah Dungeon yang cocok untuk petualang pemula.”
“Sebuah Dungeon...?”
[TL Note: Dungeon dalam game adalah suatu tempat di mana banyak ditemukan monster yang kuat dan biasanya ada bos monster serta harta di dalamnya.]

Tentu, berburu monster adalah dasar dari sebuah game online, tapi angan-angan itu sudah terlalu tinggi!

“Saya tak yakin kita bisa menemukan sesuatu yang berharga, tapi kesempatan ini pasti bagus untuk menaikkan level anda.”
“Kalau kau pikir begitu.”
“Jangan khawatir! Monster di sana tentu saja kuat, tapi dengan perlengkapan saya yang baru, kita pasti bisa menang dengan mudah!”
“Ha ha, terima kasih. Senang bisa mendengarnya.”
“Tidak usah terlalu dipikirkan. Omong-omong, apakah anda tidak ingin minum beberapa gelas anggur?”

Karena ini adalah sebuah kedai, mereka menawarkan alkohol bersamaan dengan makanannya. Akan tetapi, aku masih belum menyentuh minuman itu sama sekali.

“Ah, maaf. Tapi aku tak suka minum.”

Bukannya aku tak tahan mabuk. Sebaliknya, aku punya semacam toleransi tinggi kalau sangat mustahil untukku mabuk-mabukkan. Hanya saja, aku tak punya minat untuk melakukannya. Mungkin mengingat dulu ketika aku masih kuliah dan pergi mabuk-mabukkan bersama teman-temanku, aku hanya duduk di sana dan melihat semua orang mabuk hingga teler sementara aku walau sudah minum beberapa kali namun masih sadar. Pengalaman itu sungguh tak menyenangkan.

“Bahkan segelas pun tidak?”
“Sungguh, aku tidak minat.”
“Tapi...”
“Maaf.”
“Tak apa...”

Mine menaruh kembali botol anggurnya dengan tampang kecewa.

“Lagi pula, aku senang kita bisa berbincang tentang rencana kita untuk besok, tapi kurasa aku akan duluan dan tidur lebih cepat.”
“Selamat malam, Tuan Pahlawan.”

Aku telah selesai makan malam, jadi aku tinggalkan kedai yang ramai itu dan kembali ke ruangan yang telah kusewa. Setelah kusampai di sana, kulepas chainmailku dan menyampirkannya di kursi.

“...”

Aku meletakkan kantung koin perakku di meja. Penginapan ini menuntut melakukan pembayaran di awal, jadi sekarang uangku sisa 199 koin perak serta beberapa kembalian. Perasaan gelisah yang menyelimutiku mungkin adalah sebuah insting yang kudapatkan dari hidupku yang telah benar-benar hancur.

Untuk jaga-jaga, aku mengambil sekitar 30 koin perak dari kantung tersebut dan menyembunyikannya di balik perisaiku. Ini sungguh hal yang sangat tidak biasa kulakukan, tapi entah mengapa melakukannya malah membuatku sedikit lebih lega.

Banyak sekali kejadian yang telah terjadi hari ini!

Sekarang aku tahu bagaimana rasanya mengalahkan monster, bahkan walau itu hanya meletuskan balon-balon.

Aku terbaring di kasur dan  menatap ke langit-langit di atasku yang terlihat asing, berbagai pengalaman terbayang kembali. Ini sungguh dunia paralel. Sama seperti malam kemarin, perasaan gembira di dadaku tak bisa hilang. Aku bisa merasakannya. Keadaan akan menjadi lebih baik mulai dari sekarang. Memang apa salahnya kalau aku tak punya rekan sebanyak Pahlawan lainnya? Aku punya caraku sendiri. Aku tak perlu mengincar untuk menjadi yang terkuat, selama aku terus melakukan sebaik yang kubisa.

*hoahm*

Mataku mulai terasa berat. Sorakan gembira muncul dari arah kedai, dan aku rasa aku bisa mendengar suara Motoyasu dan Itsuki di antara keributan itu. Mungkin mereka juga menginap di penginapan ini?

Aku mengulurkan tangan dan mematikan lampu yang menerangi ruangan ini. Mungkin sekarang masih terlalu awal, tapi meskipun begitu aku tetap langsung tertidur lelap...


*kerincing*

Hah...? Ada suara...? Apakah orang-orang di bar itu masih ribut?

*bisik-bisik*

*srak*

Panas sekali... pakaiannya tersangkut...


“Hmm?”

Dingin.

Sinar matahari menerpa wajahku, ini artinya sekarang pasti sudah pagi. Aku mengusap rasa kantukku dari mataku sembari ku duduk, dan menatap keluar jendela. Sungguh aku lebih lelah dari yang kukira, kini matahari sudah naik cukup tinggi di langit. Sekarang mungkin sekitar jam sembilan.

“Hah?”

Entah mengapa kini aku tak mengenakan apapun kecuali pakaian dalamku. Apa aku melepasnya saat tidur?

Yah, terserah. Itu tak masalah.

Di luar, jalanan ramai dengan orang-orang yang akan melakukan kegiatan rutinitas mereka. Pemandangan restoran dan kedai makanan yang sibuk menyiapkan makan siang serta gerobak-gerobak yang bergerak dengan suara bising membuatku merasa berada dalam mimpi.

Dunia ini sungguh menakjubkan. Sebenarnya di sini ada dua tipe gerobak: kelas yang lebih elit ditarik dengan kuda, dan kelas yang lebih rendah ditarik dengan seekor burung. Gerobak burung ditarik oleh burung besar, yang mirip burung unta yang mengingatkanku pada chocobo.
[TL Note: Chocobo adalah hewan fantasi menyerupai seekor burung unta yang besar.]

Gerobak kerbau yang tak biasa mendatangkan hawa zaman pertengahan.

“Yah, sekarang, waktunya untuk sarapan!”

Aku mencari pakaianku di sekitar kasur yang (mungkin?) kulepaskan tadi malam.

...Aneh. Seharusnya ada di sini? Terus, chainmail yang kusampirkan di kursi... juga tak ada di mana-mana. Yang lebih penting, kantung koin perak yang seharusnya kuletakkan di meja juga hilang!

Bahkan baju awalku, yang aku simpan untuk jaga-jaga barangkali aku membutuhkannya lagi, kini telah tiada.

“Ap...”

Tidak mungkin!

Aku telah dirampok!? Ini sungguh gila! Apakah penginapan ini tak punya penjaga sama sekali!?

Lagi pula, aku harus memberitahu Mine tentang ini! Aku bergegas membuka pintu kamarku dan berlari menuju kamar sebelah.

“Mine! Ini gawat! Semua uang kita hilang, perlengkapanku juga!”

Tapi tak peduli betapa putus asanya aku mengetuk pintu, tak ada jawaban.

Aku terlalu berfokus pada satu hal hingga aku bahkan tak mendengar langkah-langkah berat yang mendekat dari aula bawah. Dalam sekejap, aku telah dikepung oleh kesatria dari istana.

Puji Tuhan! Aku bisa melihat secercah cahaya dalam kegelapan. Setelah kujelaskan apa yang telah terjadi, mereka pasti akan menangkap orang yang telah melakukan ini. Dia akan menyesal telah berurusan dengan seorang Pahlawan!

“Kalian orang-orang dari istana, kan! Kalian harus membantuku!”

Tanpa sadar aku memohon pada para kesatria. Di mana Mine berada? Ini benar-benar serius!

“Pahlawan Perisai!”
“Y-ya?”

Hah? Jawaban mereka entah mengapa terdengar... tegas.

“Anda diperintahkan untuk menghadap sang raja. Ayo ikut kami.”
“Menghadap ke...? Tunggu, tidak, kalian harus membantuku terlebih dulu! Seorang pencuri tadi malam masuk dan...”
“Saya bilang ikut, ayo!”

Para kesatria dengan kasar menarik tanganku dan mulai menyeretku turun ke aula bawah.

“Hey, tunggu! Dengarkan aku!”

Apa yang mereka lakukan? Demi Tuhan! Aku masih pakai pakaian dalam!

“Mine! Miiiine!”

Namun para kesatria itu menghiraukan rengekanku, dan aku di bawa ke istana dengan paksa dengan satu gerobak mewah yang kupikir menakjubkan sesaat yang lalu. Tak ada satupun orang yang memberitahuku. Aku tak tahu apa yang terjadi. Satu-satunya kepastian hanyalah mata mereka – mata mereka sangat jelas menatapku sebagai seorang kriminal.

2 komentar: