Pengkhianatan Mine
Sesaat kami tiba di kota,
hari sudah mulai malam. Kami langsung pergi menuju ke toko senjata.
“Ah, ini dia si bocah
perisai. Asal kau tahu, Pahlawan yang lain juga datang ke sini setelah kau
pergi.”
Jadi yang lainnya juga
membeli perlengkapan mereka di toko ini, hah? Tak heran penjaga toko ini
terlihat sangat gembira.
“Aku mengerti. Coba, aku
ingin tahu, apakah kau ingin membeli ini?”
Aku menunjukkannya
kulit-kulit yang kukumpulkan dari Orange Balloon yang kami buru hari ini, tapi
dia hanya melambaikan tangannya ke arah pintu dengan acuh.
“Ada sebuah toko di
sekitar sini yang khusus membeli dan menjual barang-barang jatuhan monster. Aku
yakin mereka akan membelinya darimu.”
“Terima kasih.”
“Sama-sama. Jadi, apakah
kau butuh sesuatu yang lain?”
“Ya. Aku ingin membelikan
rekanku ini beberapa perlengkapan.”
Aku berkeliling toko
melihat-lihat demi Mine dan aku melihatnya sedang menatap tajam sebuah armor
yang terpampang di pajangan.
“Berapa pengeluaranmu
kali ini?”
Aku masih punya sisa 680
koin perak. Bagaimana cara terbaik untuk mempergunakannya?
“Menurutmu bagaimana,
Mine?”
“...”
Mine menimbang-nimbang
perlengkapan dengan tampang serius di wajahnya dan sepertinya dia tak
mendengarku. Tapi, aku benar-benar membutuhkan sarannya saat ini. Lagi pula,
seusai kami belanja kami harus punya cukup sisa untuk melewati satu bulan ke
depan, tapi aku bahkan tak tahu berapa biaya untuk penginapannya, aku tak bisa
memutuskannya sendirian.
“Perlengkapan untuk rekanmu,
heh? Yah, tentu itu akan membuatnya lebih kuat...”
“Benar?”
Karena aku sama sekali
tak bisa menyerang, kami jelas akan mendapatkan uang kami dengan membuat Mine
dipersenjatai dengan sebaik mungkin. Atau paling tidak, itulah rencananya.
“Walau mungkin itu
harganya akan sangat mahal, jadi, bagaimana kalau kita mulai menawar diskon?”
“Kau sungguh orang yang
sangat menghibur, Tuan Pahlawan.”
“diskon 80%!”
“Apa kau gila? Itu
berarti harganya cuma 20%!”
“Kau yang salah! 79%
diskon!”
“Tch! Itu hanya 21%!”
“90% diskon!”
“Bahkan setengah harga
aja sudah terlalu baik untuk orang berengsek yang membeli tanpa melihat
qualitasnya!”
“Berhenti menaikkan
kembali harganya! 100% diskon!”
“Itu namanya minta
gratis! Uhh, oke, 5% diskon!”
“Tak cukup! 92% diskon!”
Dan seterusnya.
Lalu Mine kembali ke meja
etalase, membawa sepasang armor yang menggiurkan dan sebuah pedang yang terbuat
dari logam aneh yang terlihat mahal.
“Saya telah selesai
belanja, Tuan Pahlawan.”
“Jadi, berapa totalnya,
om? Termasuk dengan 60% diskon, tentunya.”
“480 koin perak. 59%
adalah diskon tertinggi yang bisa kuberikan!”
Mengejutkan sekali,
proses tawar-menawarku bisa menurunkan harganya dengan drastis. Masih, dengan
sisa hanya 200 koin perak...
“Mine... bisakah kau agak
sedikit pengertian? Aku juga masih harus membayar biaya penginapan dan biaya
hidup lainnya, tahu.”
“Tak apa, Tuan Pahlawan.
Jikalau saya menjadi lebih kuat, kita akan bisa mengalahkan monster yang lebih
kuat dan mendapatkan uang kita kembali dengan menjual material mereka, kan?”
Mine menekan dadanya ke
lenganku dan memohon padaku. Matanya berbinar-binar.
“Y-yah, kalau kau
bersikeras...”
Kalau dipikir-pikir, 200
koin perak itu diberikan kepadaku atas kekurangan anggotaku. Sisanya memang
seharusnya digunakan untuk persenjataan sedari awal. Kalau dilihat dari sudut
pandang tersebut, sungguh sebuah kesempatan yang bagus sejumlah 200 koin perak
itu disisakan dengan jelas karena sisa ini akan cukup untukku melewati satu
bulan ke depan.
...Walau begitu, aku
merasa akan lebih baik jikalau aku menaikkan level sedikit lagi dan memperoleh
pendapatan yang tetap sebelum aku mencoba merekrut anggota lain.
“Oke! Aku akan
membelinya.”
“Terima kasih banyak!
Anda sungguh Pahlawan yang menakjubkan, tuan!”
“Ha ha, yah. Aku hanya
sangat menyukai berbisnis, itu saja.”
Di dalam game online, aku
sangat suka mencari uang. Aku punya bakat luar biasa untuk membeli dengan harga
rendah, menjual dengan harga tinggi, dan menang lelang dengan mudah. Tapi bukan
berarti itu mudah, tahu. Dengan segala informasi berada di tangan si penjual,
di dalam game pemain sungguhan sangat sulit untuk diajak tawar menawar!
“Terima kasih, Tuan
Pahlawan.”
Mine berterima kasih
dengan mencium tanganku lembut.
...Yeah! Poin Kedekatan:
NAIK! Perjalanan kami mulai esok hari pasti akan sangat menyenangkan!
Uhuk.
Pokoknya, dengan
mengenakan perlengkapan baru, aku dan Mine pergi ke penginapan kota. Biaya per
malamnya adalah 30 koin perunggu untuk satu orang.
“Kami akan ambil dua
kamar.”
“Tidak satu saja?”
“Tuan Pahlawan...”
Diam-diam Mine
memancarkan sebuah hawa tekanan.
Uhh... Aku rasa aku tak
bisa berbuat apa-apa.
“Oke, dua kamar.”
“Ya, ya. Terima kasih
atas pesanan anda.”
Dengan sombong si penjaga
penginapan mengusapkan kedua tangannya bersamaan dan menunjukkan kami ruang
yang kami sewa. Setelah mendapatkan berbagai informasi yang tak terkira
banyaknya ke kepalaku, kami mampir sejenak ke kedai di sebelah untuk makan
malam. Aku memesan dua makanan mewah spesial, yang seharga lima koin perunggu
satunya.
“Oh iya aku baru ingat...”
Aku menjabarkan peta yang
kubeli di tengah perjalanan kembali ke kota dan menyuruh Mine membantuku
menentukan lokasi di peta.
“Yang di sini adalah
padang rumput tempat kita bertarung hari ini, kan?”
Aku membuat catatan
tentang medan area ini di peta, untuk referensi di masa depan. Mungkin akan
lebih baik kalau kutanyakan kepada Ren atau Motoyasu tentang hal seperti ini,
tapi dilihat dari tingkah laku mereka kemarin, mereka mungkin tidak akan
memberitahukanku apa-apa. Orang-orang seperti mereka pasti akan melakukan
apapun demi mendapatkan keuntungan dari orang lain, tanpa pikir panjang. Tak
heran jika mereka mungkin akan mengambil keuntungan atas ketidaktahuanku dengan
menjebakku ke sebuah sarang monster-monster kuat atau semacamnya.
Itulah mengapa aku lebih
memilih untuk bertanya pada Mine, yang terlihat cukup berpengetahuan tentang
hal semacam ini.
“Ya, itu benar.”
“Dan dari percakapan kita
tadi, apakah tebakanku benar kalau hutan yang ada di sini adalah tempat kita
berburu selanjutnya setelah padang rumput itu?”
Peta ini menunjukkan
pandangan secara luas dari medan negeri ini. Pada dasarnya, di sana tertera
sebuah padang rumput dengan gambar kastil di tengahnya. Dari sana, ada beberapa
jalan menuju ke hutan dan pegunungan, serta jalan yang berpotongan dengan
sungai dan desa-desa.
Akan tetapi, karena peta
ini sangat kecil, hanya beberapa desa di dekat ibu kota yang bisa terlihat.
Peta ini tak memberikan tanda apapun kira-kira ada apa di balik hutan, yang
mana, ini sangat menyebalkan. Tanpa tahu ke mana kami harus pergi dan monster
macam apa yang ada di sana, mustahil untuk terus melanjutkan perjalanan.
“Ya. Memang tidak tertera
di peta, tapi tujuan kita saat ini adalah Desa Raffin, yang terletak di balik
hutan.”
“Hmm...”
“Dan, setelah melewati
Raffin, terletak sebuah Dungeon yang cocok untuk petualang pemula.”
“Sebuah Dungeon...?”
[TL Note: Dungeon dalam
game adalah suatu tempat di mana banyak ditemukan monster yang kuat dan
biasanya ada bos monster serta harta di dalamnya.]
Tentu, berburu monster
adalah dasar dari sebuah game online, tapi angan-angan itu sudah terlalu
tinggi!
“Saya tak yakin kita bisa
menemukan sesuatu yang berharga, tapi kesempatan ini pasti bagus untuk
menaikkan level anda.”
“Kalau kau pikir begitu.”
“Jangan khawatir! Monster
di sana tentu saja kuat, tapi dengan perlengkapan saya yang baru, kita pasti
bisa menang dengan mudah!”
“Ha ha, terima kasih. Senang
bisa mendengarnya.”
“Tidak usah terlalu
dipikirkan. Omong-omong, apakah anda tidak ingin minum beberapa gelas anggur?”
Karena ini adalah sebuah
kedai, mereka menawarkan alkohol bersamaan dengan makanannya. Akan tetapi, aku
masih belum menyentuh minuman itu sama sekali.
“Ah, maaf. Tapi aku tak
suka minum.”
Bukannya aku tak tahan
mabuk. Sebaliknya, aku punya semacam toleransi tinggi kalau sangat mustahil
untukku mabuk-mabukkan. Hanya saja, aku tak punya minat untuk melakukannya. Mungkin
mengingat dulu ketika aku masih kuliah dan pergi mabuk-mabukkan bersama
teman-temanku, aku hanya duduk di sana dan melihat semua orang mabuk hingga
teler sementara aku walau sudah minum beberapa kali namun masih sadar. Pengalaman
itu sungguh tak menyenangkan.
“Bahkan segelas pun
tidak?”
“Sungguh, aku tidak
minat.”
“Tapi...”
“Maaf.”
“Tak apa...”
Mine menaruh kembali
botol anggurnya dengan tampang kecewa.
“Lagi pula, aku senang
kita bisa berbincang tentang rencana kita untuk besok, tapi kurasa aku akan
duluan dan tidur lebih cepat.”
“Selamat malam, Tuan
Pahlawan.”
Aku telah selesai makan
malam, jadi aku tinggalkan kedai yang ramai itu dan kembali ke ruangan yang
telah kusewa. Setelah kusampai di sana, kulepas chainmailku dan menyampirkannya
di kursi.
“...”
Aku meletakkan kantung
koin perakku di meja. Penginapan ini menuntut melakukan pembayaran di awal,
jadi sekarang uangku sisa 199 koin perak serta beberapa kembalian. Perasaan
gelisah yang menyelimutiku mungkin adalah sebuah insting yang kudapatkan dari
hidupku yang telah benar-benar hancur.
Untuk jaga-jaga, aku
mengambil sekitar 30 koin perak dari kantung tersebut dan menyembunyikannya di
balik perisaiku. Ini sungguh hal yang sangat tidak biasa kulakukan, tapi entah
mengapa melakukannya malah membuatku sedikit lebih lega.
Banyak sekali kejadian
yang telah terjadi hari ini!
Sekarang aku tahu
bagaimana rasanya mengalahkan monster, bahkan walau itu hanya meletuskan
balon-balon.
Aku terbaring di kasur
dan menatap ke langit-langit di atasku
yang terlihat asing, berbagai pengalaman terbayang kembali. Ini sungguh dunia
paralel. Sama seperti malam kemarin, perasaan gembira di dadaku tak bisa
hilang. Aku bisa merasakannya. Keadaan akan menjadi lebih baik mulai dari
sekarang. Memang apa salahnya kalau aku tak punya rekan sebanyak Pahlawan
lainnya? Aku punya caraku sendiri. Aku tak perlu mengincar untuk menjadi yang
terkuat, selama aku terus melakukan sebaik yang kubisa.
*hoahm*
Mataku mulai terasa berat.
Sorakan gembira muncul dari arah kedai, dan aku rasa aku bisa mendengar suara
Motoyasu dan Itsuki di antara keributan itu. Mungkin mereka juga menginap di
penginapan ini?
Aku mengulurkan tangan
dan mematikan lampu yang menerangi ruangan ini. Mungkin sekarang masih terlalu
awal, tapi meskipun begitu aku tetap langsung tertidur lelap...
*kerincing*
Hah...? Ada suara...?
Apakah orang-orang di bar itu masih ribut?
*bisik-bisik*
*srak*
Panas sekali...
pakaiannya tersangkut...
“Hmm?”
Dingin.
Sinar matahari menerpa
wajahku, ini artinya sekarang pasti sudah pagi. Aku mengusap rasa kantukku dari
mataku sembari ku duduk, dan menatap keluar jendela. Sungguh aku lebih lelah
dari yang kukira, kini matahari sudah naik cukup tinggi di langit. Sekarang
mungkin sekitar jam sembilan.
“Hah?”
Entah mengapa kini aku
tak mengenakan apapun kecuali pakaian dalamku. Apa aku melepasnya saat tidur?
Yah, terserah. Itu tak
masalah.
Di luar, jalanan ramai
dengan orang-orang yang akan melakukan kegiatan rutinitas mereka. Pemandangan
restoran dan kedai makanan yang sibuk menyiapkan makan siang serta
gerobak-gerobak yang bergerak dengan suara bising membuatku merasa berada dalam
mimpi.
Dunia ini sungguh
menakjubkan. Sebenarnya di sini ada dua tipe gerobak: kelas yang lebih elit
ditarik dengan kuda, dan kelas yang lebih rendah ditarik dengan seekor burung.
Gerobak burung ditarik oleh burung besar, yang mirip burung unta yang
mengingatkanku pada chocobo.
[TL Note: Chocobo adalah
hewan fantasi menyerupai seekor burung unta yang besar.]
Gerobak kerbau yang tak
biasa mendatangkan hawa zaman pertengahan.
“Yah, sekarang, waktunya
untuk sarapan!”
Aku mencari pakaianku di
sekitar kasur yang (mungkin?) kulepaskan tadi malam.
...Aneh. Seharusnya ada
di sini? Terus, chainmail yang kusampirkan di kursi... juga tak ada di
mana-mana. Yang lebih penting, kantung koin perak yang seharusnya kuletakkan di
meja juga hilang!
Bahkan baju awalku, yang
aku simpan untuk jaga-jaga barangkali aku membutuhkannya lagi, kini telah
tiada.
“Ap...”
Tidak mungkin!
Aku telah dirampok!? Ini
sungguh gila! Apakah penginapan ini tak punya penjaga sama sekali!?
Lagi pula, aku harus
memberitahu Mine tentang ini! Aku bergegas membuka pintu kamarku dan berlari
menuju kamar sebelah.
“Mine! Ini gawat! Semua
uang kita hilang, perlengkapanku juga!”
Tapi tak peduli betapa
putus asanya aku mengetuk pintu, tak ada jawaban.
Aku terlalu berfokus pada
satu hal hingga aku bahkan tak mendengar langkah-langkah berat yang mendekat
dari aula bawah. Dalam sekejap, aku telah dikepung oleh kesatria dari istana.
Puji Tuhan! Aku bisa melihat
secercah cahaya dalam kegelapan. Setelah kujelaskan apa yang telah terjadi,
mereka pasti akan menangkap orang yang telah melakukan ini. Dia akan menyesal
telah berurusan dengan seorang Pahlawan!
“Kalian orang-orang dari istana,
kan! Kalian harus membantuku!”
Tanpa sadar aku memohon
pada para kesatria. Di mana Mine berada? Ini benar-benar serius!
“Pahlawan Perisai!”
“Y-ya?”
Hah? Jawaban mereka entah
mengapa terdengar... tegas.
“Anda diperintahkan untuk
menghadap sang raja. Ayo ikut kami.”
“Menghadap ke...? Tunggu,
tidak, kalian harus membantuku terlebih dulu! Seorang pencuri tadi malam masuk
dan...”
“Saya bilang ikut, ayo!”
Para kesatria dengan
kasar menarik tanganku dan mulai menyeretku turun ke aula bawah.
“Hey, tunggu! Dengarkan
aku!”
Apa yang mereka lakukan?
Demi Tuhan! Aku masih pakai pakaian dalam!
“Mine! Miiiine!”
Namun para kesatria itu
menghiraukan rengekanku, dan aku di bawa ke istana dengan paksa dengan satu
gerobak mewah yang kupikir menakjubkan sesaat yang lalu. Tak ada satupun orang
yang memberitahuku. Aku tak tahu apa yang terjadi. Satu-satunya kepastian
hanyalah mata mereka – mata mereka sangat jelas menatapku sebagai seorang
kriminal.
The TOTO Gold - Titanium Steel - TITIAN RINGER
BalasHapusA very simple and titanium paint color exciting design that has sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide become extremely popular, this steel is designed by TOTO. The titanium water bottle steel is approximately 5” x titanium app 2” titanium cookware long with an
np328 gymsharksaleaustralia,gymsharksalenz,gymsharkudsalgdanmark,gymsharksalgnorge,gymsharkrea,gymsharkale,gymsharksalehungary,gymsharkslovenia,gymsharksaleromania oz974
BalasHapus