Sabtu, 25 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 13 (Bahasa Indonesia)

Obat-obatan

Hari telah berganti dengan malam yang dingin; sudah hampir waktunya untuk perut Raphtalia berbunyi. Meninggalkan barang-barang kami di penginapan, kami pergi ke restoran terdekat untuk makan malam.

Kami baru saja memakan camilan tadi. Raphtalia membelinya dari toko tak dikenal, walau aku tak tahu apa enaknya camilan itu. Sudah kuduga, aku butuh suatu cara untuk membuat dompetku tebal. Kurasa berkemah di luar akan menjadi rencana selanjutnya. Jadi, aku akan membiarkanmu makan sepuasnya!

“Coba lihat, tolong Delia-set untuk dua orang dan sebuah Neapolitan.”

Setelah memberikan pesanan kami ke pelayan, makan malam kami pun tiba.

“Mari makan.”
“Un.”

Raphtalia mulai makan dengan memenuhi mulutnya dengan makanannya menggunakan tangannya lagi. Dilihat dari pertumbuhannya, kurasa dia berusia sekitar 10an. Dia sudah mulai melirik ke piringku, jadi aku pergi untuk memesan lagi.

“Makan sebanyak yang kau mau karena mulai besok kita akan berkemah.”
“I-gu-ya!”

Mengangguk dan makan di saat yang sama adalah sikap yang buruk. Tapi karena Raphtalia makan dengan lahapnya, aku akan memaafkan sikapnya kali ini. Setelah itu, kami kembali ke ruangan kami di mana aku membetulkan penampilan Raphtalia lagi.


“Rambutmu berantakan, ayo potong sedikit.”
“...Iya.”

Kutepuk kepala Raphtalia dengan suara ‘*pon*’ karena dia berwajah gugup.

“Tenang saja. Aku takkan membuat gaya rambut yang aneh.”

Lagian, penampilannya saat inilah yang terlihat aneh. Menggunakan sebuah pisau, aku mulai memotong rambut yang kusut dengan suara ‘*kres*’. Kupotong rambutnya hingga sepundak sebelum akhirnya selesai.

“Baik, sekarang sudah lebih bagus.”

Dibandingkan dengan gaya rambutnya yang lama, yang satu ini setidaknya lebih enak dipandang. Dengan ini, dia pasti akan terlihat menawan setelah didandani. Raphtalia mulai berputar, wajahnya terlihat percaya diri. Aku penasaran apa yang membuatnya sebahagia itu. Perisainya bereaksi ketika kubersihkan sampah rambutnya.

...
Tak bisa kupercaya.

*Suuu*...

Kubuka statusku untuk memastikannya. Walau pada akhirnya Levelku dan ‘Rantai’ nya masih belum cukup.

“Hm?”

Sial, dia melihat kemari.

“Sekarang, kau harus bergegas tidur.”
“Un!”

Dia entah mengapa menjadi terbuka, tak seperti kemarin. Yah, baguslah. Dia mungkin akan mengigau lagi, jadi aku menyibukkan diri dengan meracik bahan di dalam ruangan.
...

Nutritional Supplement berhasil dibuat.

Nutritional Supplement Kualitas Buruk -> Sedikit Buruk
Sebuah obat yang meredam rasa lelah, obat ini juga efektif sebagai metode untuk mempercepat penyembuhan penyakit.

Recovery Potion berhasil dibuat

Recovery Potion Kualitas Sedikit Buruk -> Normal
Sebuah obat yang menyembuhkan beberapa penyakit. Akan semakin tidak efektif melawan penyakit yang lebih parah.

Fumu... ada berbagai macam barang yang bisa dibuat menggunakan tanaman obat dari gunung dan hutan. Karena ini, aku bisa menjualnya ke apotek untuk jumlah uang yang banyak. Hanya saja bahan yang digunakan dalam jumlah yang besar membuatnya sedikit sulit. Secara keseluruhan, aku berhasil membuat 6 Nutritional Supplement dan beberapa obat lainnya. Akan tetapi, masih sulit bagiku untuk membuat obat-obatan dengan kualitas tinggi; aku tak punya kesempatan menang melawan para spesialis. Karena aku adalah Pahlawan Perisai, bukan seorang Apoteker.

...Mari serap beberapa dari mereka ke dalam perisai kalau begitu.

Persyaratan untuk Calorie Shield telah terbuka.
Persyaratan untuk Energy Shield telah terbuka.
Persyaratan untuk Energic Shield telah terbuka.

Calorie Shield
Bonus Penggunaan: Peningkatan Stamina (Kecil) <Belum dikuasai>

Energy Shield
Bonus Penggunaan: Peningkatan SP (Kecil) <Belum dikuasai>

Energic Shield
Bonus Penggunaan: Pengurangan Konsumsi Stamina (Kecil) <Belum dikuasai>

Untuk saat ini, mereka semua memberikan bonus berkaitan dengan status. Lagian ‘stamina’ itu apa? Apakah itu sesuatu seperti kebugaran jasmani? Kelihatannya aku harus mengalaminya sendiri. Selanjutnya kita punya tanaman obat, tapi... aku ragu barangkali akan jadi lebih susah kalau aku lanjut untuk mempelajari kemampuan meracik lebih banyak dengan ceroboh.

Aku ingin lebih banyak bonus pertarungan. Atau mungkin ini karena aku tak bisa mencapai persyaratan yang tersegel dengan tanaman obat yang kukumpulkan. Yah, tak apalah.

“Nn~...”

Saatku meregangkan tubuh dan bersiap untuk tidur, aku menyadari Raphtalia mengerutkan matanya rapat. Kelihatannya dia tak bisa mendapat tidur yang nyenyak; itu adalah tanda dia akan mengigau.
 
“Kya‒‒”

Kututup mulutnya sebelum dia menjerit, lalu kupeluk dia dengan tanganku sambil kutepuk dengan lembut dengan suara ‘*pon pon*’

Fiuh, aku berhasil menenangkannya malam ini. Tapi dia akan menangis lagi kalau kucoba melepaskannya sekarang. Kurasa tak ada pilihan lain lagi. Mari tidur bersama-sama kalau begitu.

...Terasa sedikit dingin. Merasakan cahaya matahari menerpa wajahku, kubuka mataku. Raphtalia, yang harusnya tertidur di sebelahku, kini tengah merinding di sudut ruangan.

“Ada apa?”
“Maaf, maaf, maaf, maaf!”

Melihat Raphtalia yang menggerutu minta maaf dengan putus asa, kuangkat alisku; aku bisa menebak dengan pasti alasan mengapa aku merasakan dingin ini yang ada di bawahku. Jadi begitu... Raphtalia mengompol.

Haa...

Dia pikir aku akan marah. Aku tak pernah mendengar seorang anak berumur 10 tahun mengompol, tapi tak ada alasan untukku memarahinya setelah melihat matanya yang ketakutan. Aku mendekat ke Raphtalia. Kuulurkan tanganku, kupeluk Raphtalia yang meringkuk seperti bola dan melindungi kepalanya.

“Tak apa...”

Kugunakan tanganku untuk menepuk pundak Raphtalia yang bergetar.

“Mengompol adalah hal yang tak bisa kau kendalikan, kan? Sekarang, berdirilah dan lepaskan pakaianmu jadi kau bisa membersihkan dirimu.”

Kurasa, dia juga butuh sepasang baju ganti.

“Eh...”

Raphtalia menatapku dengan ekspresi terkejut.

“Anda tidak marah?”
“Bagaimana aku bisa memarahi seseorang yang menyesali perbuatannya? Perbuatanmu mencerminkan kesalahanmu, jadi aku tak marah.”

Sepreinya kotor. Aku penasaran berapa yang harus kubayar kepada si penjaga penginapan... kami akan membawanya untuk sementara waktu.

Setelah itu, kujelaskan situasinya kepada penjaga penginapan, membayar kerusakannya, dan lalu segera pergi untuk membeli beberapa pasang baju dari Toko Senjata. Walaupun air sumurnya sedikit dingin, kucuci sepreinya hingga bersih dan menyimpannya di tas bawaan kami. Sepertinya ide bagus untuk mengeringkan seprei ini dengan mengikatnya di tangkai pohon dan menggantungnya sembari kami pergi ke bukit.

“Sekarang.”

Sedikit mengesalkan juga berjalan bersama Raphtalia, yang terus-terusan meminta maaf.

“Sudah kubilang tak apa-apa!”
“...Iya.”

Haa... Dia sungguh gadis yang penurut. Akan tetapi, akan merepotkan juga buatku kalau dia tak punya motivasi.

*Guu*...

Perut Raphtalia berbunyi lagi. Oh, dan wajahnya memerah karena malu.

“Kurasa sudah waktunya untuk sarapan.”
“Un...”

Raphtalia berjalan di sisiku sembari memegangi hem di bajuku.

“...*uhuk*”
“Baiklah sekarang, kau harus meminum obat ini sebagai hukumannya.”

Kuserahkan sebuah ‘recovery potion’ kepada Raphtalia. Kelihatannya ini sebuah penyakit kronis, yang membutuhkan sebuah dosis obat tertentu, jadi inilah yang dia perlukan. Wajah Raphtalia berubah menjadi sangat pucat setelah baru satu tegukan. Akan tetapi, dia sangat bersemangat untuk meminumnya karena ini adalah hukumannya.

“Uwaa... Pahit sekali...”
“Tahan saja.”

*Glek glek glek*

Raphtalia, yang telah selesai meminum semuanya, berwajah pucat dan terlihat seperti akan muntah. Omong-omong, obat yang kuracik sepertinya bisa dijual dengan harga tinggi. Tapi karena kualitasnya buruk, rasanya bahkan lebih buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar