Sabtu, 11 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 8 (Bahasa Indonesia)

Aib

Satu Minggu telah berlalu.

Dalam masa-masa tersebut, aku masih belum langsung meninggalkan wilayah di sekitar ibu kota.

“Yo, perisai berengsek.”
“Ah!?”

Aku tengah berjalan di sekitar kota dengan setengah telanjang ketika si penjaga toko senjata memanggilku. Yah, itu benar kalau aku telah mondar-mandir di depan tokonya, tapi dia punya urusan apa denganku?

“Kudengar kau mencoba memperkosa rekanmu sendiri. Sekarang aku ingin memukulmu.”

Dia berjalan mendekatiku dengan marah, tangannya menggenggam, tanpa keinginan untuk mendengar alasanku terlebih dulu.

“Bahkan kau juga!?”

Di mana pun sama saja. Tak ada satupun orang yang mau mendengarkanku.
Sebagai seorang orang asing di dunia ini aku tak begitu mengerti tata krama di sini, tapi terang-terangan melakukan pelecehan seksual kepada seorang wanita dengan paksa tentu saja tak bisa dimaafkan.
Tapi, ini tetap saja aneh. Bahkan walau aku sedang menatap ke arah orang tua yang akan memukulku hingga mati itu, aku tak bisa melihat apa pun kecuali wajah wanita jalang itu.
Aku mengepalkan tanganku dan berdiri dengan tegap.

“Uhh... Kau...”
“Ada apa? Bukankah kau ingin memukulku?”

Si penjaga toko itu melemaskan genggamannya dan menghela napas.


“Aku berubah pikiran.”
“Oh. Kupikir ini hari keberuntunganku.”

Tak peduli betapa rendahnya nilai seranganku, aku yakin aku bisa bertarung dengan orang biasa cukup baik. Akan tetapi, memukul seseorang tanpa alasan tak akan membuatku puas. Kalau aku punya waktu untuk melakukan sesuatu yang tak bermanfaat seperti itu, akan lebih baik kalau kugunakan untuk pergi keluar dan mencari uang untuk membiayai aktivitasku di masa depan.
Ditambah lagi, menghancurkan beberapa Balloon sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa lebih baik.

“Tunggu sebentar!”
“Apa!?”

Aku mulai berjalan ke gerbang kota, tapi si penjaga toko memanggilku lagi. Ketika aku berbalik, dia melemparkanku sebuah tas kecil.

“Kau terlihat menyedihkan berpakaian seperti itu. Anggap saja sebagai hadiah perpisahan.”

Di dalam tas terdapat sebuah jubah dan beberapa pakaian murah.

“...Berapa harganya?”
“Lima koin perunggu. Itu sudah harga bersih.”
“...Baiklah. Akan kupastikan aku akan membayarnya.”

Aku khawatir aku akan bepergian dengan pakaian dalamku, jadi secara alamiah aku menerima tawarannya.

“Ingat, sebaiknya kau kembali dengan selamat. Karena aku tak percaya apa pun kecuali uang!”
“Tentu saja!”

Aku berganti dengan baju baruku, dan pergi ke padang rumput untuk memburu beberapa Balloon.

“HYA HYA HYA HYA HYA HYA!”

Walau untuk membunuh satu masih membutuhkan waktu lima menit, kenyataan bahwa aku takkan mendapat luka apa pun tak peduli berapa kali pun mereka menyerangku membuat hal ini pekerjaan yang relatif mudah. Akhirnya aku menghabiskan satu hari penuh bertarung dengan mereka untuk melampiaskan perasaanku, dan mengumpulkan cukup banyak kulit Balloon dalam proses.

Naik Level!
Kau telah mencapai level 2.
Perisai Kecil Oranye dan Perisai Kecil Kuning terbuka!

Aku juga mempersiapkan dan mencari tahu berbagai hal. Meskipun, hingga malam, aku sadar aku kelaparan, jadi langsung saja aku kembali ke kota dan menemukan jalan menuju seorang pedagang yang memperjualbelikan material monster. Segera setelah orang gemuk kecil di belakang etalase melihat wajahku, dia langsung berubah menyeringai lebar. Sangat jelas dia berencana untuk memerasku.
Di sana ada satu orang di antrean di depanku, menjual berbagai macam material.

“Hmm, ya... bagaimana kalau satu koin perunggu untuk dua kepingnya?”

Pedagang itu menunjuk ke arah kulit balloon yang ada di etalase dan menimbang harganya. Jadi rata-rata harganya adalah setengah koin perunggu untuk satu kepingnya, huh...?

“Baiklah.”
“Terima kasih banyak.”

Pelanggan itu telah pergi. Kini adalah giliranku.

“Hey. Aku membawa beberapa material monster yang mau kujual.”
“Tentu saja, selamat datang, selamat datang.”

Dia pikir aku tak bisa mendengar kekek sombongnya atau apa?

“Ah, ya. Kulit balloon, huh? Aku menawarimu... bagaimana dengan satu koin perunggu untuk sepuluh kepingnya?”

Seperlima harga aslinya! Pemerasan macam apa ini!?

“Bukankah kau baru saja membeli benda yang sama dari pelanggan tadi dengan lebih mahal?”
“Iyakah? Aku tak mengingatnya.”

Kalau keadaan terus seperti ini dia mungkin akan mulai mencoba untuk mengakhirinya dengan berkata “Ini hanyalah bisnis” atau semacamnya.

“Hmph. Baiklah kalau begitu.”

Aku menarik kerah pedagang itu dan mendekatkannya padaku.

“Guh, a-apa yang kau...”
“Bagaimana kalau kau beli juga mereka? Mereka jauh lebih segar.”

*krauk*

Sebuah Balloon Oranye yang menggertak meloncat ke wajah pedagang itu.

“WAAAAAAAAAAAAA!”

Setelah membiarkannya mempermainkanku sejenak, dengan baik hati aku melepas monster dan memukul pedagang itu.

“Bagaimana kalau aku menyeretmu ke pinggiran kota dan melakukan bisnis kita di sana? Aku punya lebih banyak produk di persediaanku yang kuinginkan kau melihatnya.”

Aku menunjukkannya lima Balloon yang kusembunyikan di balik jubahku.
Hal ini adalah sesuatu yang telah kurencanakan di padang rumput tadi. Kalau mereka sama sekali tak melukaiku tak peduli berapa kali mereka menggigitku, mengapa tak kubiarkan saja mereka menggigitku? Lalu aku bisa melepaskan mereka dan melekatkannya pada siapapun sesuka hatiku. Bisa dibilang, mungkin ide ini sangat brilian. Dan sangat ampuh dalam negosiasi.
Lagipula, karena nilai seranganku tidak begitu tinggi, bagiku tak mungkin untuk mengancam langsung seseorang. Tak ada satupun yang akan menganggapku serius.
Orang ini mungkin juga menyadarinya. Tapi walau begitu, saat kuterapkan taktik spesialku, aku bisa membuat sebuah masa depan di mana dia dimakan tanpa jejak oleh seekor Balloon secepat mengedipkan mata.

“Aku takkan memaksamu untuk menyerahkan seluruh uang yang kau punya atau semacamnya, tapi paling tidak kalau kau tak memberikanku nilai pasaran yang asli, keadaan akan menjadi kacau.”
“Kau tak boleh melakukan ini...!”
“Aku penasaran, menurutmu seperti apa akhir dari sebuah toko yang pedagangnya terkenal memeras para petualang?”

Itu benar. Untuk seorang pedagang sepertinya, reputasi adalah segalanya. Kalau dia terus mencoba untuk mempersulit petualang lainnya seperti ini, sudah pasti dia akan dihajar, dan mungkin dia akan kehilangan pelanggan yang mengunjunginya.

“Uhh...”

Terlihat amarah yang membara di matanya, tapi akhirnya dia mengalah dan menyenderkan bahunya.

“...Aku mengerti.”
“Sekarang, kalau kau setuju untuk menghapus taktik pemerasanmu itu dan menjadikanku pelanggan tetapku, aku mungkin bisa menerima kalau kau menurunkan harganya sedikit di bawah harga pasaran.”
“Jujur saja, aku lebih memilih untuk menolak tawaran itu dan takkan pernah bertemu denganmu lagi. Tapi... kurasa barang-barang yang kau jual tak bermasalah.”

Pada akhirnya, pedagang pengecut itu membeli kulit balloonku hanya sedikit di bawah harga pasaran.

“Oh, katakan juga pada semua orang apa yang kau tahu tentang kejadian ini. Aku ingin para pedagang di sini tahu kalau mereka berani macam-macam denganku, artinya mereka siap untuk dijadikan santapan untuk para Balloon ini.”
“Iya, iya. Terserah kau saja, cecunguk berengsek.”

Setelah menyimpan uang yang kudapatkan hari ini, aku langsung pergi menuju ke toko senjata untuk membayar baju dan jubah yang penjaga toko berikan tadi, lalu pergi makan malam di sebuah restoran murahan. Akan tetapi, entah mengapa semuanya benar-benar tak ada rasanya. Kupikir ini hanyalah semacam jebakan, tapi sepertinya memang ada sesuatu yang salah dengan indera perasaku.
Untuk penginapannya, aku tak punya uang sisa, jadi aku tidur di padang rumput! Karena para Balloon itu takkan bisa menyakitiku, tak masalah bagiku. Yah, benar saja paginya aku terbangun di antara tumpukan Balloon, tapi hal ini malah membuat pagiku lebih semangat dengan membunuh mereka. Ditambah lagi, lebih banyak monster yang mati berarti aku akan dapat lebih banyak uang!
Tapi tetap saja, aku butuh suatu cara untuk mencari uang yang tak membuatku bekerja sekeras ini untuk seumur hidupku. Yang pertama, aku menemukan sesuatu untuk dijual selain kulit-kulit Balloon itu: tumbuhan obat-obatan herbal yang tumbuh di padang rumput. Bisa dibilang, sangat mudah ditemukan. Baru-baru ini aku pergi ke toko penjual obat di kota, mengingat seperti apa produk-produk mereka, lalu mencari tumbuhan yang terlihat sama yang tumbuh liar.
Ketika aku mencoba memungut satu, ada sebuah respons dari perisaiku, dan tumbuhan herbal yang baru saja kupetik langsung diserap olehnya.

Perisai Daun Terbuka.

Ini mengingatkanku, aku masih belum memeriksa Weapon Book semenjak aku naik level. Langsung saja ku buka untuk memastikan apa yang kuperoleh.

Perisai Kecil
Bonus Penggunaan: Pertahanan +3 <Dikuasai>

Perisai Kecil Oranye
Bonus Penggunaan: Pertahanan +2 <Belum dikuasai>

Perisai Kecil Kuning
Bonus Penggunaan: Pertahanan +2 <Belum dikuasai>

Perisai Daun
Bonus Penggunaan: Kemampuan Memetik 1 <Belum dikuasai>

...Benar. Waktunya untuk menu Bantuan lagi.

Perubahan Senjata dan Penguasaan
Perubahan Senjata merujuk pada kemampuan Senjata Legendaris anda untuk berubah bentuk.
Untuk mengaktifkan perubahan ini, cukup sentuh tangan anda di atasnya, dan pikirkan nama dari senjata yang ingin anda gunakan.
Menggunakan senjata menambah tingkat penguasaan, dan memenuhi tingkat penguasaan senjata akan memberikan anda bonus permanen.

Bonus Penggunaan
Bonus Penggunaan merujuk pada kemampuan spesial yang didapat dengan menggunakan senjata yang berbeda.
Sebagai contoh, ketika sebuah senjata dengan Bonus Penggunaan “Air Strike Bash” digunakan, kemampuan “Air Strike Bash” bisa anda gunakan.
Contoh lain, sebuah senjata dengan Bonus Penggunaan “Serangan +3” akan menambahkan poin serangan anda.

Sederhananya, menggunakan senjata yang berbeda akan membuatku bisa menggunakan kemampuan yang beragam, dan dengan menguasai senjata itu, aku bisa terus menggunakan kemampuan itu walau aku menggantinya dengan yang lain.
Untuk bagaimana aku bisa benar-benar menguasai senjata, mungkin itu sesuatu seperti “bertarung dengan berbagai musuh dengan menggunakan senjata yang sama”, kan? Sungguh, dunia ini terlihat lebih dan lebih seperti game dengan setiap perkembangannya.
Walau aku tak terlalu berminat dengan prospek yang diberikan dengan bertarung lebih banyak, tapi Bonus Penggunaan Perisai Daun cukup menarik perhatianku.

“Kemampuan Memetik 1”. Dari bahasanya, itu pasti sebuah kemampuan yang akan memberikan semacam bonus ketika aku memetik tanaman herbal.
Saat ini, aku sungguh melarat. Untuk bertahan hidup, tergantung pada kemampuanku untuk mendapatkan barang yang berkualitas lebih baik untuk usaha yang lebih mudah, jadi aku langsung mengganti perisaiku dengan Perisai Daun tanpa keraguan sama sekali. Dengan sebuah suara seperti hembusan angin, Perisai Kecil yang ada di tanganku berubah menjadi perisai hijau yang terbuat tumbuh-tumbuhan.
...Akan tetapi, pertahananku tak berkurang sama sekali. Mungkin karena Perisai Kecilnya memang lemah sejak awal.
Aku memutuskan untuk mencobanya dengan memetik satu tumbuhan herbal di depanku.

*tek*

Sangat mudah untuk kupetik, dengan semacam suara. Saat kulihat, aku berani bersumpah, tumbuhan herbal itu bersinar dengan sedikit cahaya terang.

Kemampuan Memetik 1
Aello (Kualitas: Biasa -> Bagus)
Tanaman herbal yang digunakan untuk obat salep.

Sebuah layar muncul untuk memberitahukan perubahannya. Menakjubkan, sepertinya kemampuan ini lebih bermanfaat dari yang kubayangkan.
Setelah itu, aku melewati hari dengan berkeliling padang rumput mengumpulkan tumbuhan herbal dan menyimpannya dalam tasku seperti memang ini adalah pekerjaanku. Aku tak tahu apakah hal ini yang menjadi penyebabnya atau sesuatu yang lain, tapi aku akhirnya bisa menguasai Perisai Daun ini dengan cepat. Aku mengambil kesempatan ini untuk melanjutkan dan menguasai seri Perisai Kecil berwarna lainnya juga.
Dengan ini, aku kembali ke kota untuk menjual barang-barangku.

“Oh? Benda ini kualitasnya sangat bagus. Dari mana kau mendapatkannya?”
“Dari padang rumput di luar sana. Kau tak tahu?”
“Hmm... Apakah benar barang berkualitas seperti ini ada di luar sana...? Sulit untuk dipercaya...”

Aku berbincang dengan pedagang itu setelah dia menyelesaikan transaksinya. Dari semuanya, aku mendapatkan satu koin perak dan lima puluh koin perunggu. Rekor penghasilan baru! Aku memutuskan untuk makan malam di kedai dengan kekayaan baruku. Saat aku makan, berbagai orang terus mendekatiku dan berkata kalau mereka ingin menjadi sekutuku, tapi tak satupun dari mereka yang terlihat dapat dipercaya.

...Sejak dari hari itu, tak ada yang bisa kurasakan.
Setiap gigitan yang kulakukan membuatku sadar akan kenyataan pahit itu.

“Hey, Pahlawan Perisai, mengapa kau tak bekerja sama denganku saja?”

Seseorang memanggilku dengan nada merendahkan. Jujur saja, aku ingin mengabaikannya. Tapi ketika kulihat matanya, dia punya pandangan yang sama dengan wanita jalang itu. Sesuatu di dalam benakku pun melonjak.

“Tentu, kenapa tidak. Mari bicarakan kesepakatannya?”
“Baiklah!”

Kampret!
Aku harus menenangkan diri. Seorang pria sepertinya, kalau kutinggalkan saja, dia pasti akan mengikutiku.

“Pertama-tama, gaji seluruhnya tergantung bagian-kerja. Kau tahu apa maksudnya itu?”
“Tidak!”

Aku benar-benar ingin memukul wajah bodohnya!

“Sederhananya, ini adalah sebuah metode untuk menentukan berapa banyak uang yang kau dapat dari petualangan kita. Untuk contoh, katakanlah kita dapat 100 koin perak. Sebagai ketuanya, paling tidak aku dapat 40% tak peduli bagaimana, sisanya dibagikan padamu berdasarkan pekerjaanmu. Kalau kau lakukan semua pekerjaannya, kita akan bagi uangnya, dan kalau kau hanya berdiri dan menonton saja, kau tak dapat apa-apa. Tentu saja, jumlah yang akan kuberikan beragam berdasarkan penilaianku.”
“Apa-apaan? Kalau begitu bukannya sama saja kau memonopoli semuanya!?”
“Kalau kau lakukan tugasmu, tak masalah kan? Kau yang mau.”
“Yah, terserah, aku setuju. Sekarang, mari beli perlengkapannya, oke?”
“...Beli perlengkapanmu sendiri. Itu bukan urusanku.”
“Cih!”

Mungkin, perlengkapan adalah apa yang ia incar. Setelah dia mendapatkannya, dia akan merampokku dan pergi entah ke mana. Dia benar-benar sama seperti wanita jalang itu.

“Oh, persetan, sekarang, berikan saja semua uangmu!”
“Huh? Apa yang dilakukan seekor Balloon di sini!?”

*krauk*

“Ya tuhan, sakit sekali!”

Baloon itu membuat keributan di kedai, tapi itu bukan lagi urusanku. Kutempelkan Balloon itu ke idiot yang berisik itu, meninggalkan uang makanku di meja, dan pergi ke luar di tengah malam. Apakah tak ada orang yang jujur di dunia ini? Ini seperti setiap orang di dunia ini melihat orang lain seperti mangsa yang akan mereka makan.
Bagaimanapun, aku terus mengumpulkan uang seperti itu sedikit demi sedikit, kejadian yang sama terjadi berulang-ulang hari demi hari. Dan tanpa aku sadari, dua Minggu telah berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar