Satu Minggu telah
berlalu.
Dalam masa-masa tersebut,
aku masih belum langsung meninggalkan wilayah di sekitar ibu kota.
“Yo, perisai berengsek.”
“Ah!?”
Aku tengah berjalan di
sekitar kota dengan setengah telanjang ketika si penjaga toko senjata
memanggilku. Yah, itu benar kalau aku telah mondar-mandir di depan tokonya,
tapi dia punya urusan apa denganku?
“Kudengar kau mencoba
memperkosa rekanmu sendiri. Sekarang aku ingin memukulmu.”
Dia berjalan mendekatiku
dengan marah, tangannya menggenggam, tanpa keinginan untuk mendengar alasanku
terlebih dulu.
“Bahkan kau juga!?”
Di mana pun sama saja.
Tak ada satupun orang yang mau mendengarkanku.
Sebagai seorang orang
asing di dunia ini aku tak begitu mengerti tata krama di sini, tapi
terang-terangan melakukan pelecehan seksual kepada seorang wanita dengan paksa
tentu saja tak bisa dimaafkan.
Tapi, ini tetap saja
aneh. Bahkan walau aku sedang menatap ke arah orang tua yang akan memukulku
hingga mati itu, aku tak bisa melihat apa pun kecuali wajah wanita jalang itu.
Aku mengepalkan tanganku
dan berdiri dengan tegap.
“Uhh... Kau...”
“Ada apa? Bukankah kau
ingin memukulku?”
Si penjaga toko itu
melemaskan genggamannya dan menghela napas.
“Aku berubah pikiran.”
“Oh. Kupikir ini hari
keberuntunganku.”
Tak peduli betapa
rendahnya nilai seranganku, aku yakin aku bisa bertarung dengan orang biasa
cukup baik. Akan tetapi, memukul seseorang tanpa alasan tak akan membuatku
puas. Kalau aku punya waktu untuk melakukan sesuatu yang tak bermanfaat seperti
itu, akan lebih baik kalau kugunakan untuk pergi keluar dan mencari uang untuk
membiayai aktivitasku di masa depan.
Ditambah lagi,
menghancurkan beberapa Balloon sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa
lebih baik.
“Tunggu sebentar!”
“Apa!?”
Aku mulai berjalan ke
gerbang kota, tapi si penjaga toko memanggilku lagi. Ketika aku berbalik, dia
melemparkanku sebuah tas kecil.
“Kau terlihat menyedihkan
berpakaian seperti itu. Anggap saja sebagai hadiah perpisahan.”
Di dalam tas terdapat
sebuah jubah dan beberapa pakaian murah.
“...Berapa harganya?”
“Lima koin perunggu. Itu
sudah harga bersih.”
“...Baiklah. Akan
kupastikan aku akan membayarnya.”
Aku khawatir aku akan
bepergian dengan pakaian dalamku, jadi secara alamiah aku menerima tawarannya.
“Ingat, sebaiknya kau
kembali dengan selamat. Karena aku tak percaya apa pun kecuali uang!”
“Tentu saja!”
Aku berganti dengan baju
baruku, dan pergi ke padang rumput untuk memburu beberapa Balloon.
“HYA HYA HYA HYA HYA
HYA!”
Walau untuk membunuh satu
masih membutuhkan waktu lima menit, kenyataan bahwa aku takkan mendapat luka
apa pun tak peduli berapa kali pun mereka menyerangku membuat hal ini pekerjaan
yang relatif mudah. Akhirnya aku menghabiskan satu hari penuh bertarung dengan
mereka untuk melampiaskan perasaanku, dan mengumpulkan cukup banyak kulit
Balloon dalam proses.
Naik Level!
Kau telah mencapai
level 2.
Perisai Kecil
Oranye dan Perisai Kecil Kuning terbuka!
Aku juga mempersiapkan
dan mencari tahu berbagai hal. Meskipun, hingga malam, aku sadar aku kelaparan,
jadi langsung saja aku kembali ke kota dan menemukan jalan menuju seorang pedagang
yang memperjualbelikan material monster. Segera setelah orang gemuk kecil di
belakang etalase melihat wajahku, dia langsung berubah menyeringai lebar.
Sangat jelas dia berencana untuk memerasku.
Di sana ada satu orang di
antrean di depanku, menjual berbagai macam material.
“Hmm, ya... bagaimana
kalau satu koin perunggu untuk dua kepingnya?”
Pedagang itu menunjuk ke
arah kulit balloon yang ada di etalase dan menimbang harganya. Jadi rata-rata
harganya adalah setengah koin perunggu untuk satu kepingnya, huh...?
“Baiklah.”
“Terima kasih banyak.”
Pelanggan itu telah
pergi. Kini adalah giliranku.
“Hey. Aku membawa
beberapa material monster yang mau kujual.”
“Tentu saja, selamat
datang, selamat datang.”
Dia pikir aku tak bisa
mendengar kekek sombongnya atau apa?
“Ah, ya. Kulit balloon,
huh? Aku menawarimu... bagaimana dengan satu koin perunggu untuk sepuluh
kepingnya?”
Seperlima harga aslinya!
Pemerasan macam apa ini!?
“Bukankah kau baru saja
membeli benda yang sama dari pelanggan tadi dengan lebih mahal?”
“Iyakah? Aku tak
mengingatnya.”
Kalau keadaan terus
seperti ini dia mungkin akan mulai mencoba untuk mengakhirinya dengan berkata
“Ini hanyalah bisnis” atau semacamnya.
“Hmph. Baiklah kalau
begitu.”
Aku menarik kerah
pedagang itu dan mendekatkannya padaku.
“Guh, a-apa yang kau...”
“Bagaimana kalau kau beli
juga mereka? Mereka jauh lebih segar.”
*krauk*
Sebuah Balloon Oranye
yang menggertak meloncat ke wajah pedagang itu.
“WAAAAAAAAAAAAA!”
Setelah membiarkannya
mempermainkanku sejenak, dengan baik hati aku melepas monster dan memukul
pedagang itu.
“Bagaimana kalau aku
menyeretmu ke pinggiran kota dan melakukan bisnis kita di sana? Aku punya lebih
banyak produk di persediaanku yang kuinginkan kau melihatnya.”
Aku menunjukkannya lima
Balloon yang kusembunyikan di balik jubahku.
Hal ini adalah sesuatu
yang telah kurencanakan di padang rumput tadi. Kalau mereka sama sekali tak
melukaiku tak peduli berapa kali mereka menggigitku, mengapa tak kubiarkan saja
mereka menggigitku? Lalu aku bisa melepaskan mereka dan melekatkannya pada
siapapun sesuka hatiku. Bisa dibilang, mungkin ide ini sangat brilian. Dan
sangat ampuh dalam negosiasi.
Lagipula, karena nilai
seranganku tidak begitu tinggi, bagiku tak mungkin untuk mengancam langsung seseorang.
Tak ada satupun yang akan menganggapku serius.
Orang ini mungkin juga
menyadarinya. Tapi walau begitu, saat kuterapkan taktik spesialku, aku bisa
membuat sebuah masa depan di mana dia dimakan tanpa jejak oleh seekor Balloon
secepat mengedipkan mata.
“Aku takkan memaksamu
untuk menyerahkan seluruh uang yang kau punya atau semacamnya, tapi paling
tidak kalau kau tak memberikanku nilai pasaran yang asli, keadaan akan menjadi
kacau.”
“Kau tak boleh melakukan
ini...!”
“Aku penasaran, menurutmu
seperti apa akhir dari sebuah toko yang pedagangnya terkenal memeras para
petualang?”
Itu benar. Untuk seorang
pedagang sepertinya, reputasi adalah segalanya. Kalau dia terus mencoba untuk mempersulit
petualang lainnya seperti ini, sudah pasti dia akan dihajar, dan mungkin dia
akan kehilangan pelanggan yang mengunjunginya.
“Uhh...”
Terlihat amarah yang
membara di matanya, tapi akhirnya dia mengalah dan menyenderkan bahunya.
“...Aku mengerti.”
“Sekarang, kalau kau
setuju untuk menghapus taktik pemerasanmu itu dan menjadikanku pelanggan
tetapku, aku mungkin bisa menerima kalau kau menurunkan harganya sedikit di
bawah harga pasaran.”
“Jujur saja, aku lebih
memilih untuk menolak tawaran itu dan takkan pernah bertemu denganmu lagi.
Tapi... kurasa barang-barang yang kau jual tak bermasalah.”
Pada akhirnya, pedagang
pengecut itu membeli kulit balloonku hanya sedikit di bawah harga pasaran.
“Oh, katakan juga pada
semua orang apa yang kau tahu tentang kejadian ini. Aku ingin para pedagang di
sini tahu kalau mereka berani macam-macam denganku, artinya mereka siap untuk
dijadikan santapan untuk para Balloon ini.”
“Iya, iya. Terserah kau
saja, cecunguk berengsek.”
Setelah menyimpan uang
yang kudapatkan hari ini, aku langsung pergi menuju ke toko senjata untuk
membayar baju dan jubah yang penjaga toko berikan tadi, lalu pergi makan malam
di sebuah restoran murahan. Akan tetapi, entah mengapa semuanya benar-benar tak
ada rasanya. Kupikir ini hanyalah semacam jebakan, tapi sepertinya memang ada
sesuatu yang salah dengan indera perasaku.
Untuk penginapannya, aku
tak punya uang sisa, jadi aku tidur di padang rumput! Karena para Balloon itu
takkan bisa menyakitiku, tak masalah bagiku. Yah, benar saja paginya aku terbangun
di antara tumpukan Balloon, tapi hal ini malah membuat pagiku lebih semangat
dengan membunuh mereka. Ditambah lagi, lebih banyak monster yang mati berarti
aku akan dapat lebih banyak uang!
Tapi tetap saja, aku
butuh suatu cara untuk mencari uang yang tak membuatku bekerja sekeras ini
untuk seumur hidupku. Yang pertama, aku menemukan sesuatu untuk dijual selain
kulit-kulit Balloon itu: tumbuhan obat-obatan herbal yang tumbuh di padang
rumput. Bisa dibilang, sangat mudah ditemukan. Baru-baru ini aku pergi ke toko
penjual obat di kota, mengingat seperti apa produk-produk mereka, lalu mencari
tumbuhan yang terlihat sama yang tumbuh liar.
Ketika aku mencoba
memungut satu, ada sebuah respons dari perisaiku, dan tumbuhan herbal yang baru
saja kupetik langsung diserap olehnya.
Perisai Daun Terbuka.
Ini mengingatkanku, aku
masih belum memeriksa Weapon Book semenjak aku naik level. Langsung saja ku
buka untuk memastikan apa yang kuperoleh.
Perisai Kecil
Bonus
Penggunaan: Pertahanan +3 <Dikuasai>
Perisai Kecil Oranye
Bonus
Penggunaan: Pertahanan +2 <Belum dikuasai>
Perisai Kecil Kuning
Bonus
Penggunaan: Pertahanan +2 <Belum dikuasai>
Perisai Daun
Bonus
Penggunaan: Kemampuan Memetik 1 <Belum dikuasai>
...Benar. Waktunya untuk
menu Bantuan lagi.
Perubahan Senjata dan Penguasaan
Perubahan
Senjata merujuk pada kemampuan Senjata Legendaris anda untuk berubah bentuk.
Untuk
mengaktifkan perubahan ini, cukup sentuh tangan anda di atasnya, dan pikirkan
nama dari senjata yang ingin anda gunakan.
Menggunakan
senjata menambah tingkat penguasaan, dan memenuhi tingkat penguasaan senjata
akan memberikan anda bonus permanen.
Bonus Penggunaan
Bonus
Penggunaan merujuk pada kemampuan spesial yang didapat dengan menggunakan
senjata yang berbeda.
Sebagai
contoh, ketika sebuah senjata dengan Bonus Penggunaan “Air Strike Bash”
digunakan, kemampuan “Air Strike Bash” bisa anda gunakan.
Contoh lain,
sebuah senjata dengan Bonus Penggunaan “Serangan +3” akan menambahkan poin
serangan anda.
Sederhananya, menggunakan
senjata yang berbeda akan membuatku bisa menggunakan kemampuan yang beragam,
dan dengan menguasai senjata itu, aku bisa terus menggunakan kemampuan itu
walau aku menggantinya dengan yang lain.
Untuk bagaimana aku bisa
benar-benar menguasai senjata, mungkin itu sesuatu seperti “bertarung dengan
berbagai musuh dengan menggunakan senjata yang sama”, kan? Sungguh, dunia ini
terlihat lebih dan lebih seperti game dengan setiap perkembangannya.
Walau aku tak terlalu
berminat dengan prospek yang diberikan dengan bertarung lebih banyak, tapi
Bonus Penggunaan Perisai Daun cukup menarik perhatianku.
“Kemampuan Memetik 1”.
Dari bahasanya, itu pasti sebuah kemampuan yang akan memberikan semacam bonus
ketika aku memetik tanaman herbal.
Saat ini, aku sungguh
melarat. Untuk bertahan hidup, tergantung pada kemampuanku untuk mendapatkan
barang yang berkualitas lebih baik untuk usaha yang lebih mudah, jadi aku langsung
mengganti perisaiku dengan Perisai Daun tanpa keraguan sama sekali. Dengan
sebuah suara seperti hembusan angin, Perisai Kecil yang ada di tanganku berubah
menjadi perisai hijau yang terbuat tumbuh-tumbuhan.
...Akan tetapi,
pertahananku tak berkurang sama sekali. Mungkin karena Perisai Kecilnya memang
lemah sejak awal.
Aku memutuskan untuk
mencobanya dengan memetik satu tumbuhan herbal di depanku.
*tek*
Sangat mudah untuk
kupetik, dengan semacam suara. Saat kulihat, aku berani bersumpah, tumbuhan
herbal itu bersinar dengan sedikit cahaya terang.
Kemampuan Memetik 1
Aello
(Kualitas: Biasa -> Bagus)
Tanaman
herbal yang digunakan untuk obat salep.
Sebuah layar muncul untuk
memberitahukan perubahannya. Menakjubkan, sepertinya kemampuan ini lebih
bermanfaat dari yang kubayangkan.
Setelah itu, aku melewati
hari dengan berkeliling padang rumput mengumpulkan tumbuhan herbal dan
menyimpannya dalam tasku seperti memang ini adalah pekerjaanku. Aku tak tahu
apakah hal ini yang menjadi penyebabnya atau sesuatu yang lain, tapi aku
akhirnya bisa menguasai Perisai Daun ini dengan cepat. Aku mengambil kesempatan
ini untuk melanjutkan dan menguasai seri Perisai Kecil berwarna lainnya juga.
Dengan ini, aku kembali
ke kota untuk menjual barang-barangku.
“Oh? Benda ini
kualitasnya sangat bagus. Dari mana kau mendapatkannya?”
“Dari padang rumput di
luar sana. Kau tak tahu?”
“Hmm... Apakah benar
barang berkualitas seperti ini ada di luar sana...? Sulit untuk dipercaya...”
Aku berbincang dengan
pedagang itu setelah dia menyelesaikan transaksinya. Dari semuanya, aku
mendapatkan satu koin perak dan lima puluh koin perunggu. Rekor penghasilan
baru! Aku memutuskan untuk makan malam di kedai dengan kekayaan baruku. Saat
aku makan, berbagai orang terus mendekatiku dan berkata kalau mereka ingin
menjadi sekutuku, tapi tak satupun dari mereka yang terlihat dapat dipercaya.
...Sejak dari hari itu,
tak ada yang bisa kurasakan.
Setiap gigitan yang
kulakukan membuatku sadar akan kenyataan pahit itu.
“Hey, Pahlawan Perisai,
mengapa kau tak bekerja sama denganku saja?”
Seseorang memanggilku
dengan nada merendahkan. Jujur saja, aku ingin mengabaikannya. Tapi ketika
kulihat matanya, dia punya pandangan yang sama dengan wanita jalang itu.
Sesuatu di dalam benakku pun melonjak.
“Tentu, kenapa tidak.
Mari bicarakan kesepakatannya?”
“Baiklah!”
Kampret!
Aku harus menenangkan
diri. Seorang pria sepertinya, kalau kutinggalkan saja, dia pasti akan
mengikutiku.
“Pertama-tama, gaji
seluruhnya tergantung bagian-kerja. Kau tahu apa maksudnya itu?”
“Tidak!”
Aku benar-benar ingin
memukul wajah bodohnya!
“Sederhananya, ini adalah
sebuah metode untuk menentukan berapa banyak uang yang kau dapat dari
petualangan kita. Untuk contoh, katakanlah kita dapat 100 koin perak. Sebagai
ketuanya, paling tidak aku dapat 40% tak peduli bagaimana, sisanya dibagikan
padamu berdasarkan pekerjaanmu. Kalau kau lakukan semua pekerjaannya, kita akan
bagi uangnya, dan kalau kau hanya berdiri dan menonton saja, kau tak dapat
apa-apa. Tentu saja, jumlah yang akan kuberikan beragam berdasarkan
penilaianku.”
“Apa-apaan? Kalau begitu
bukannya sama saja kau memonopoli semuanya!?”
“Kalau kau lakukan
tugasmu, tak masalah kan? Kau yang mau.”
“Yah, terserah, aku
setuju. Sekarang, mari beli perlengkapannya, oke?”
“...Beli perlengkapanmu
sendiri. Itu bukan urusanku.”
“Cih!”
Mungkin, perlengkapan
adalah apa yang ia incar. Setelah dia mendapatkannya, dia akan merampokku dan
pergi entah ke mana. Dia benar-benar sama seperti wanita jalang itu.
“Oh, persetan, sekarang,
berikan saja semua uangmu!”
“Huh? Apa yang dilakukan
seekor Balloon di sini!?”
*krauk*
“Ya tuhan, sakit sekali!”
Baloon itu membuat
keributan di kedai, tapi itu bukan lagi urusanku. Kutempelkan Balloon itu ke
idiot yang berisik itu, meninggalkan uang makanku di meja, dan pergi ke luar di
tengah malam. Apakah tak ada orang yang jujur di dunia ini? Ini seperti setiap
orang di dunia ini melihat orang lain seperti mangsa yang akan mereka makan.
Bagaimanapun, aku terus
mengumpulkan uang seperti itu sedikit demi sedikit, kejadian yang sama terjadi
berulang-ulang hari demi hari. Dan tanpa aku sadari, dua Minggu telah berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar