Sabtu, 04 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 5 (Bahasa Indonesia)

Kenyataan Pahit Pahlawan Perisai

Di luar gerbang, padang rumput terbentang luas sejauh mata memandang. Terdapat pula jalan batu (yang sepertinya) mengarah jauh tak terkira, tapi di samping itu, sepertinya tak banyak tanda-tanda kehidupan masyarakat yang bisa kutemukan.

Terakhir kali aku melihat pemandangan seperti ini adalah ketika aku pergi berjalan-jalan ke Hokkaido, namun bahkan pengalaman itu masih kalah dengan indahnya langit biru tak berujung, serta lautan rerumputan yang terbentang tak terhingga ini. Satu-satunya alasan mengapa aku bisa menahan diriku untuk tidak berlari berkeliling dan bersenda gurau hingga aku puas adalah karena aku tahu kalau seseorang melihatku melakukan hal seperti itu, nama baikku sebagai seorang pahlawan akan tercoreng lebih buruk dari sebelumnya.

“Tuan Pahlawan, tolong tunggu sebentar. Area ini adalah rumah bagi para monster lemah. Kita harus menggunakan kesempatan ini sebagai pemanasan sebelum menjadi lebih kuat.”
“Kelihatannya boleh juga! Ini adalah kali pertamaku bertarung, jadi ayo lakukan yang terbaik!”
“Ya. Lakukanlah yang terbaik, tuan.”
“Tunggu. Apakah kau tidak akan membantuku?”
“Saya akan membantu anda. Tapi sebelum itu, kurasa akan lebih baik kalau kita melihat seberapa kuat diri anda sendiri.”
“Oh... kurasa masuk akal juga.”


Kalau dipikir-pikir, Mine mungkin saja sudah cukup berpengalaman, dan aku tak tahu apakah aku cocok berada bersamanya. Kalau dia pikir monster di sini aman untukku memulai; aku harus mempercayai keputusannya.
Kami bersusah payah mengelilingi padang rumput ini, hingga akhirnya kami bertemu dengan suatu makhluk oranye seperti balon... yang mencolok.

“Ah, itu ada satu. Dari tampangnya, sebuah Orange Balloon. Tuan Pahlawan, berhati-hatilah... dia lemah, tapi sangat agresif.”

Ada apa dengan penamaannya? Makhluk itu terlihat seperti sebuah balon oranye, jadi mereka memanggilnya Orange Balloon? Aku turut prihatin pada makhluk itu.

“Grah!”

Aku bisa merasakan hawa kesigapannya secara nyata dari auman geramnya serta dua mata kecilnya yang sangar. Segera setelah ia melihatku, ia langsung menyerangku.

“Semoga beruntung, Tuan Pahlawan!”
“Baiklah!”

Ini adalah kesempatanku untuk bersinar. Aku menyiapkan perisaiku dengan tangan kananku, lalu membenturkannya ke si Orange Balloon.

*buk*
*toeng*

Makhluk yang kupukul itu memantul ke belakang tanpa tergores. Tak kusangka makhluk itu sangat elastis! Padahal aku yakin dia akan segera meletus...
Si Orange Balloon itu menggeram dan menggigitku.

“Wah!”

*krang*

Gigitannya mengeluarkan suara seperti benda keras, tapi aku tak peduli. Walaupun si Orange Balloon itu mengunyah lenganku, tapi aku tak merasakan efek apapun. Kelihatannya terasa seperti sebuah pelindung luka telah terpancarkan dari perisaiku dan melindungiku.
Aku menatap Mine tanpa berkata apapun.

“Anda pasti bisa melakukannya!”

...Bisakah aku, mungkin? Tentu aku tak menerima luka apapun, tapi aku juga tak memberikan luka. Aku harus mengganti strategiku.

“HYA HYA HYA HYA HYA!”

Aku menyorakkan ilmu bela diriku dan terus memukul Orange Balloon itu dengan tanganku.
Lalu, setelah lima menit...

*dor*

Akhirnya meletus juga.

“Haa...haa...haa...”

Aku mendengar sebuah suara, dan sebuah pesan bertuliskan aku telah mendapatkan 1 EXP pun muncul. Bertarung segini kerasnya hanya untuk satu poin exp yang sangat sedikit... benar-benar buruk. Makhluk-makhluk ini lebih kuat dari apa yang kukira. Apa yang bisa kulakukan dengan tangan kosongku pun ada batasannya.

“Kerja bagus, Tuan Pahlawan.”

Mine bertepuk tangan, tapi kelihatannya sedikit dipaksakan.
Kemudian, aku mendengar suara langkah kaki dari suatu tempat di kejauhan yang perlahan semakin jelas. Aku menengok untuk melihat apa yang ada di sana, dan kulihat Ren beserta rekan-rekannya berlari bersama dengan cepat. Sejenak aku ingin menyapa mereka, tapi aku tak mau mengganggu orang-orang yang sedang berlari dengan ekspresi seserius itu.
Tiba-tiba, tiga Orange Balloon muncul di hadapan mereka.

*wush*

Tanpa ragu, Ren melayangkan serangan dengan pedangnya, meletuskan mereka satu demi satu.
Dia mengalahkan mereka semua hanya dalam satu tebasan!? Seberapa tinggi nilai serangannya!?

“...”

Mine melambaikan tangannya di depan wajahku untuk menyadarkanku dari lamunanku.

“Jangan terlalu mengkhawatirkan hal tersebut, Tuan Pahlawan. Setiap Pahlawan punya caranya sendiri untuk bertarung.”
“Terima kasih, Mine.”

Itu benar. Barusan saja aku digunakan sebagai mainan kunyah untuk lima menit lamanya tanpa mendapat sedikit pun luka. Sepertinya nilai pertahananku, setidaknya, sungguh sangat tinggi. Dengan semangatku yang sedikit membara, aku menunduk dan mengumpulkan barang yang dijatuhkan oleh Orange Balloon yang baru kukalahkan. Saat aku mengambilnya, sebuah suara pelan mulai muncul dari perisaiku.
Menarik...
Perlahan kudekatkan kulit balon itu ke perisaiku. Setelah keduanya bersentuhan, sebuah cahaya redup bersinar, dan bahan sampah oranye tadi, terserap masuk ke dalam permata perisai itu.

Kulit Balon Orange Balloon Didapatkan

Lalu aku sadar bahwa Weapon Booknya sekarang menyala. Aku pun membukanya untuk melihat jikalau ada perubahan, dan kulihat sebuah ikon untuk sebuah “Perisai Kecil Oranye” telah muncul. Meskipun masih terkunci – kelihatannya aku harus mengumpulkan lebih banyak bahan agar aku benar-benar bisa menggunakannya.

“Apakah itu adalah kekuatan dari senjata legendaris?”
“Ya. Sepertinya benda ini bisa menyerap sejenis bahan untuk membuka bentuk lainnya.”
“Hmm begitu...”
“Lalu, apakah kulit balon itu berharga?”
“Kalau anda beruntung, anda mungkin bisa menjualnya untuk satu koin perunggu satunya.”
“...dan berapa banyak koin perunggu untuk satu koin perak?”
“Seratus.”

Oh, yah. Aku juga tak mengharapkan lebih dari benda ini.

“Lagi pula, anda akan terus lanjut, kan?”
“Kurasa begitu.”

Dua lagi Orange Balloon menghampiri kami saat kami sedang berbincang-bincang. Akan tetapi, Mine mengeluarkan pedangnya dan menyerang mereka dengan dua tebasan cepat, nan elegan. Balloon-balloon itu bahkan tak bisa berkutik sedetikpun.
Tidak mungkin... bahkan Mine...?
Ini adalah hari keduaku sebagai Pahlawan resmi di dunia paralel, dan setelah hanya lima menit bertempur, aku kini telah mengerti posisiku. Akhirnya aku mengerti betapa lemahnya aku – atau lebih tepatnya – perisai ini.
...Mungkin mulai sekarang akan lebih baik kalau menyerahkan pertempurannya kepada Mine.

“Oke, rencana baru. Kau menyerang dan aku akan bertahan. Mari kita lihat seberapa jauh yang bisa kita capai.”
“Roger!”

Mine langsung menyetujuinya. Setelah itu, kami berjalan mengarungi padang rumput hingga matahari hampir terbenam, membunuh setiap Balloon yang kami temui. Sepertinya, mereka terdiri dari berbagai macam warna, sejak awal kami bertemu Orange Balloon biasa, setelahnya kami juga bertarung dengan beberapa Yellow Balloon.

“Di depan sana ada monster yang lebih kuat, tapi saya pikir mungkin kita seharusnya kembali ke kota sebelum gelap.”
“Aww, tapi aku ingin terus bertarung beberapa kali lagi...”

Karena aku tak mendapat luka apapun, menahan serangan para Balloon sangatlah mudah. Aku merasa seakan aku bisa terus melanjutkannya seharian.

“Saya mengerti perasaan anda, Tuan Pahlawan, tapi saya harap kita bisa berkunjung ke toko senjata sekali lagi sebelum mereka tutup. Jika anda membelikanku perlengkapan yang lebih bagus, dengan mudah kita bisa melaju lebih jauh dari saat ini.”
“...Kurasa aku tak punya pilihan lain kalau kau bilang begitu.”

Tapi apakah benar tak apa untuk berhenti di sini, padahal sebentar lagi aku naik level? Aku telah memenuhi persyaratan bahan material untuk perisai kecil Oranye dan Kuning, jadi sekarang yang perlu kulakukan hanyalah mendapatkan sedikit lagi pengalaman dan aku akan bisa menggunakannya.

(Omong-omong, aku terus mengumpulkan barang jatuhan dari balloon walaupun aku telah memenuhi persyaratannya. Barang-barang ini mungkin hanya seharga satu koin perunggu, tapi hei, uang tetaplah uang!)

Pada akhirnya, bagaimanapun, Mine bersikeras kembali, terpaksa kami menghentikan petualangan kami di tengah jalan dan kembali ke kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar