Tuduhan Palsu
Setelah kami tiba di istana,
para kesatria menuntunku – yang masih mengenakan pakaian dalam – ke dalam ruang
aula kerajaan, dengan tombak-tombak diacungkan di belakangku. Sang raja dan
menterinya menantiku dengan tampang geram.
Dan...
“Mine!”
Bukan hanya Ren,
Motoyasu, dan Itsuki juga sudah berada di sini, bersama dengan para
pengikutnya, dan Mine juga. Tetapi, ketika ia kupanggil, dia langsung
bersembunyi dibalik Motoyasu dan menatapku.
“Huh? Reaksi macam apa
itu?”
Semua orang menatapku
seakan aku adalah seorang penjahat.
“Jangan bilang kau tidak
mengingatnya?”
Motoyasu bertanya padaku
dengan semacam gelagat mengancam dari nadanya. Apa-apaan semua ini?
“Tak mengingat ap... hah?”
Aku langsung menyadarinya
kalau Motoyasu menggunakan chainmail milikku.
“Tunggu sebentar... kau!
Kaulah malingnya!”
“Siapa kau,
berani-beraninya menuduh orang sembarangan!? Tak kusangka kau orang yang
serendah itu, kau... kau iblis!”
“Iblis? Apa maksudmu?”
Saat itu, atmosfer di
dalam aula berubah dengan cepat. Aku merasa seakan aku sedang berada di dalam
ruang persidangan.
“Baik, mohon utarakan tuntutan
anda kepada Pahlawan Perisai.”
“Tuntutan? Apa maksudmu?”
“T-tadi malam Pahlawan
Perisai mabuk, lalu menerobos masuk ke kamarku, dan... dan... me-memaksaku
melakukannya.”
“Hah?”
“Dia... dia bilang padaku
bahwa malam masih panjang, dan lalu dia mulai merobek bajuku...”
Mine melekat ke punggung
Motoyasu, menangis dan menuduhku lewat rengekannya.
“Itu sangat menakutkan...
untung saja aku bisa melarikan diri dari kamar, lalu berteriak. Dan untungnya
Tuan Motoyasu ada di sana untuk menolongku.”
“Eh?”
Dari mana datangnya
cerita tersebut? Yang kuingat semua yang kulakukan tadi malam hanyalah pergi
tidur lebih cepat dan terlelap layaknya seorang bayi.
Aku menatap Mine dengan
kebingungan.
“Apa yang sedang kau
bicarakan? Setelah kita makan malam kemarin, apa yang kulakukan hanyalah pergi
ke kamarku lalu langsung tidur.”
“Pembohong! Kalau itu
benar, mengapa Mine bisa sampai menangis seperti ini?”
“Mengapa kau jadi sangat melindunginya?
Kau bahkan tak mengenalnya! Dan mengapa kau mengenakannya, jelaskan dari mana
kau dapatkan chainmail itu!”
Bukankah kemarin adalah
pertemuan mereka yang pertama?
“Oh, ini? Aku baru saja
pergi bertemu Mine ketika aku sedang minum sendirian di kedai, kemarin. Kami
berbincang sebentar, lalu dia memberikannya padaku sebagai sebuah hadiah.”
“Hah?”
Tak peduli bagaimana aku
melihatnya, tentu saja chainmail itu milikku, maksudku, kemungkinan Mine
membelinya dengan uangnya sendiri tidaklah nol, tapi dilihat dari chainmail
milikku yang hilang tepat sebelum Motoyasu tiba-tiba mendapat sebuah
perlengkapan baru untuk dirinya, yah... siapapun pasti akan curiga.
Aku menyerah berbicara
pada Motoyasu dan memohon langsung pada sang raja.
“Yang Mulia! Tadi malam
semua barang milikku kecuali perisaiku telah dicuri saat malam oleh maling! Aku
mohon, tolong, cari tahu siapa yang melakukannya dan tangkap mereka.”
“Diam kau, iblis!”
Sang raja secara
terang-terangan menolak permohonanku.
“Melakukan tindakan
pelecehan seksual pada salah satu wargaku adalah tindakan yang tak bisa
dimaafkan. Kalau saja kau bukanlah seorang Pahlawan, mungkin aku sudah
menjatuhi hukuman mati untukmu!”
“Aku mohon padamu, itu
adalah sebuah kesalahpahaman! Aku tak melakukannya!”
Akan tetapi, semua orang
di dalam ruangan telah menganggapku bersalah. Ini terasa seperti dunia
tiba-tiba runtuh di hadapanku.
Apa-apaan? Apa-apaan!?
APA-APAAN INI!?
Mengapa aku harus
menerima tuduhan semacam ini yang bahkan tak kulakukan?
Dan lalu hal ini terjadi.
Setelah dia yakin tak ada lagi orang yang melihat padanya, ekspresi Mine
berubah. Sebuah seringai kepuasan diri tercermin di wajahnya, dan dia
mengejekku dengan menjulurkan lidahnya keluar ke arahku.
Semuanya telah runtuh.
Aku menatap Motoyasu, lalu,
seakan sebuah amarah gelap, yang sangat buruk mulai naik dari bawah perutku.
“Kau! Kau yang
melakukannya! Kau yang merencanakan semua ini!”
Bahkan aku sendiri
terkejut dengan suara yang keluar dari mulutku.
“Ha! Teruslah
menggonggong seakan ada seorangpun yang
akan mendengarkan ucapan dari seorang pemerkosa berengsek!”
Motoyasu berdiri di
antara aku dan Mine seakan dia menyuruhku untuk membuang tatapanku yang
menjijikkan darinya, dan berlagak seakan dirinya adalah pahlawan yang menolong
korban yang tak berdaya.
“Tak usah banyak bacot
lagi! Itulah yang sebenarnya terjadi, kan? Kau merencanakan semua ini untuk
mendapatkan uangku dan perlengkapanku!”
Dia mungkin tahu kalau
aku membelikan Mine berbagai macam barang bagus sebagai kompensasi untuk
menutupi kelemahanku. Rencananya pasti untuk membuatnya memerasku dengan apapun
yang dia bisa, lalu pergi dengan berapapun uang yang tersisa. Lalu, semua
sandiwara ini dilakukan semata-mata hanya untuk mengeluarkanku dari sini dan
memastikan mereka takkan ketahuan.
...Sial, aku hampir
terkesan oleh skenarionya.
Kalau dipikir-pikir,
wanita jalang itu bahkan tak pernah sekalipun memanggilku dengan namaku, kan?
Apakah itu adalah caranya untuk mengatakan bahwa dunia ini bahkan tak butuh
lebih dari satu Pahlawan?
[TL Note: Mulai sekarang,
Naofumi memanggil Mine dengan sebutan ‘wanita jalang’]
“Melakukan hal semacam
ini kepada satu-satunya rekannya di dunia lain... sungguh sampah.”
“Ya, kalian benar. Bahkan
aku tak punya rasa belas kasihan padanya.”
Ren dan Itsuki bahkan tak
ragu untuk menyalahkanku. Jadi, mereka semua telah bersekongkol sejak awal, hah?
Semenjak aku hanya memiliki sebuah perisai, karena aku lemah, karena aku tak
bisa bertarung, mereka semua memutuskan untuk menginjak-injakku untuk
keuntungan mereka sendiri?
...Sampah.
Mereka semua hanyalah
sampah pengecut. Tak satupun dari mereka yang pernah mempercayaiku. Yah,
persetan dengan itu semua! Mengapa aku harus melindungi orang-orang seperti mereka!
Aku tak peduli dunia ini hancur!
“...Baiklah, terserah.
Mengapa kalian tak mengirimku kembali ke dunia asalku saja? Lalu kalian bisa
mendapatkan seorang Pahlawan Perisai yang baru.”
Dunia paralel? Ha!
Mengapa aku harus pergi sejauh itu hanya untuk merasakan pengalaman semacam
ini!?
“Setelah keadaan tak lagi
berpihak padamu, kini kau melarikan diri, huh? Sungguh menyedihkan.”
“Aku setuju. Seseorang
yang mengabaikan tanggung jawabnya dan melakukan tindak kekerasan terhadap
seorang wanita hanyalah...”
“Pergi saja! Seseorang
sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi seorang Pahlawan!”
Aku ingin sekali membunuh
mereka. Ren, Motoyasu, Itsuki – aku ingin membunuh mereka saat ini juga.
Seharusnya ini adalah kesempatanku untuk menikmati petualangan di dunia paralel,
dan mereka telah menghancurkannya.
“Jadi, kalian tunggu apa
lagi!? Kirim aku kembali!”
Akan tetapi, sang raja
hanya bersedekap dan mengerutkan keningnya.
“Aku berharap ada sebuah
cara untuk mengirim kembali seorang Pahlawan sepertimu kembali ke tempat
asalmu, aku mengharapkannya. Akan tetapi, para penelitiku telah
memberitahukanku bahwa pemanggilan lainnya hanya bisa dilakukan setelah kesemua
empat pahlawan yang ada saat ini lenyap.”
“...Apa?”
“Itu tidak mungkin...”
“Ti-tidak...”
Akhirnya, bahkan ketiga
pahlawan lainnya kini kehabisan kata-kata.
Tak ada cara untuk kami
kembali ke dunia asal kami?
“Jadi maksudmu kami
terjebak di sini!?”
Ini pasti hanya bercanda!
“Kalian bisa lepaskan aku
sekarang!”
Aku mencoba melawan para
kesatria yang menahanku.
“Hey! Kau pikir apa yang
kau lakukan?”
“Jangan berpikir untuk
kabur!”
Sebagai balasannya, satu
dari mereka memukulku.
*tak*
Sungguh suara yang bagus.
Entah mengapa, pukulannya tak sakit sama sekali. Kelihatannya apa yang
kurasakan tak sama dengan kesatria yang memukulku, kutahu, karena dia
menggenggam tangannya yang dia pukulkan kepadaku dan mengerang kesakitan.
“Jadi? Kalau kalian tak
bisa mengirimku kembali, apa yang akan kalian lakukan terhadapku?”
Aku menghapus mati rasa
di tanganku karena terlalu lama ditahan, dan menghadap ke arah sang raja.
“...Tak ada. Kau ada
untuk melawan Gelombang Bencana, jadi secara resmi kami takkan menghukummu.
Akan tetapi. Berita kejahatanmu telah tersebarkan ke para warga. Hal itu yang
akan menjadi hukumanmu. Jangan harap kau bisa pergi bekerja di kerajaanku.”
“Oh, bocah, kau sungguh
sangat dermawan!”
Singkatnya, dia
mengatakan padaku untuk meningkatkan levelku sebagai seorang petualang dan
bersiap untuk Gelombangnya.
“Kau akan kembali ke sini
dalam waktu satu bulan untuk bertempur. Bahkan jika kau adalah seorang
kriminal, kau masihlah si Pahlawan Perisai. Jangan coba untuk kabur dari
tanggung jawabmu.”
“Aku mengerti! Lagi pula,
aku ini lemah. Dan aku telah membuang waktuku.”
*kerincing*
Ah, benar juga. Aku telah
benar-benar lupa tentang uang yang kusembunyikan di balik perisaiku.
“Hey! Ini yang kau
inginkan, bukan!?”
Aku melemparkan 30 koin
perak terakhirku tepat ke wajah Motoyasu.
“Woah! Apa yang kau...!”
Tentu saja, Motoyasu
mulai membentakku lagi, tapi aku mengabaikannya.
Sesaat aku meninggalkan istana,
para warga menuding ke arahku dan mulai berbisik-bisik dalam kerumunan. Tak
bisa kupercaya, sungguh mengejutkan. Setidaknya, di sini rumor beredar dengan
sangat cepat.
Bagaimanapun, kepercayaanku
dan uangku kini telah benar-benar lenyap.
Inilah awal petualangan
nyata menyedihkanku di dunia paralel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar