Kamis, 09 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 7 (Bahasa Indonesia)

Tuduhan Palsu

Setelah kami tiba di istana, para kesatria menuntunku – yang masih mengenakan pakaian dalam – ke dalam ruang aula kerajaan, dengan tombak-tombak diacungkan di belakangku. Sang raja dan menterinya menantiku dengan tampang geram.

Dan...

“Mine!”

Bukan hanya Ren, Motoyasu, dan Itsuki juga sudah berada di sini, bersama dengan para pengikutnya, dan Mine juga. Tetapi, ketika ia kupanggil, dia langsung bersembunyi dibalik Motoyasu dan menatapku.

“Huh? Reaksi macam apa itu?”

Semua orang menatapku seakan aku adalah seorang penjahat.

“Jangan bilang kau tidak mengingatnya?”

Motoyasu bertanya padaku dengan semacam gelagat mengancam dari nadanya. Apa-apaan semua ini?

“Tak mengingat ap... hah?”

Aku langsung menyadarinya kalau Motoyasu menggunakan chainmail milikku.

“Tunggu sebentar... kau! Kaulah malingnya!”
“Siapa kau, berani-beraninya menuduh orang sembarangan!? Tak kusangka kau orang yang serendah itu, kau... kau iblis!”
“Iblis? Apa maksudmu?”


Saat itu, atmosfer di dalam aula berubah dengan cepat. Aku merasa seakan aku sedang berada di dalam ruang persidangan.

“Baik, mohon utarakan tuntutan anda kepada Pahlawan Perisai.”
“Tuntutan? Apa maksudmu?”
“T-tadi malam Pahlawan Perisai mabuk, lalu menerobos masuk ke kamarku, dan... dan... me-memaksaku melakukannya.”
“Hah?”
“Dia... dia bilang padaku bahwa malam masih panjang, dan lalu dia mulai merobek bajuku...”

Mine melekat ke punggung Motoyasu, menangis dan menuduhku lewat rengekannya.

“Itu sangat menakutkan... untung saja aku bisa melarikan diri dari kamar, lalu berteriak. Dan untungnya Tuan Motoyasu ada di sana untuk menolongku.”
“Eh?”

Dari mana datangnya cerita tersebut? Yang kuingat semua yang kulakukan tadi malam hanyalah pergi tidur lebih cepat dan terlelap layaknya seorang bayi.

Aku menatap Mine dengan kebingungan.

“Apa yang sedang kau bicarakan? Setelah kita makan malam kemarin, apa yang kulakukan hanyalah pergi ke kamarku lalu langsung tidur.”
“Pembohong! Kalau itu benar, mengapa Mine bisa sampai menangis seperti ini?”
“Mengapa kau jadi sangat melindunginya? Kau bahkan tak mengenalnya! Dan mengapa kau mengenakannya, jelaskan dari mana kau dapatkan chainmail itu!”

Bukankah kemarin adalah pertemuan mereka yang pertama?

“Oh, ini? Aku baru saja pergi bertemu Mine ketika aku sedang minum sendirian di kedai, kemarin. Kami berbincang sebentar, lalu dia memberikannya padaku sebagai sebuah hadiah.”
“Hah?”

Tak peduli bagaimana aku melihatnya, tentu saja chainmail itu milikku, maksudku, kemungkinan Mine membelinya dengan uangnya sendiri tidaklah nol, tapi dilihat dari chainmail milikku yang hilang tepat sebelum Motoyasu tiba-tiba mendapat sebuah perlengkapan baru untuk dirinya, yah... siapapun pasti akan curiga.

Aku menyerah berbicara pada Motoyasu dan memohon langsung pada sang raja.

“Yang Mulia! Tadi malam semua barang milikku kecuali perisaiku telah dicuri saat malam oleh maling! Aku mohon, tolong, cari tahu siapa yang melakukannya dan tangkap mereka.”
“Diam kau, iblis!”

Sang raja secara terang-terangan menolak permohonanku.

“Melakukan tindakan pelecehan seksual pada salah satu wargaku adalah tindakan yang tak bisa dimaafkan. Kalau saja kau bukanlah seorang Pahlawan, mungkin aku sudah menjatuhi hukuman mati untukmu!”
“Aku mohon padamu, itu adalah sebuah kesalahpahaman! Aku tak melakukannya!”

Akan tetapi, semua orang di dalam ruangan telah menganggapku bersalah. Ini terasa seperti dunia tiba-tiba runtuh di hadapanku.

Apa-apaan? Apa-apaan!? APA-APAAN INI!?

Mengapa aku harus menerima tuduhan semacam ini yang bahkan tak kulakukan?

Dan lalu hal ini terjadi. Setelah dia yakin tak ada lagi orang yang melihat padanya, ekspresi Mine berubah. Sebuah seringai kepuasan diri tercermin di wajahnya, dan dia mengejekku dengan menjulurkan lidahnya keluar ke arahku.

Semuanya telah runtuh.

Aku menatap Motoyasu, lalu, seakan sebuah amarah gelap, yang sangat buruk mulai naik dari bawah perutku.

“Kau! Kau yang melakukannya! Kau yang merencanakan semua ini!”

Bahkan aku sendiri terkejut dengan suara yang keluar dari mulutku.

“Ha! Teruslah menggonggong seakan ada seorangpun  yang akan mendengarkan ucapan dari seorang pemerkosa berengsek!”

Motoyasu berdiri di antara aku dan Mine seakan dia menyuruhku untuk membuang tatapanku yang menjijikkan darinya, dan berlagak seakan dirinya adalah pahlawan yang menolong korban yang tak berdaya.

“Tak usah banyak bacot lagi! Itulah yang sebenarnya terjadi, kan? Kau merencanakan semua ini untuk mendapatkan uangku dan perlengkapanku!”

Dia mungkin tahu kalau aku membelikan Mine berbagai macam barang bagus sebagai kompensasi untuk menutupi kelemahanku. Rencananya pasti untuk membuatnya memerasku dengan apapun yang dia bisa, lalu pergi dengan berapapun uang yang tersisa. Lalu, semua sandiwara ini dilakukan semata-mata hanya untuk mengeluarkanku dari sini dan memastikan mereka takkan ketahuan.

...Sial, aku hampir terkesan oleh skenarionya.

Kalau dipikir-pikir, wanita jalang itu bahkan tak pernah sekalipun memanggilku dengan namaku, kan? Apakah itu adalah caranya untuk mengatakan bahwa dunia ini bahkan tak butuh lebih dari satu Pahlawan?
[TL Note: Mulai sekarang, Naofumi memanggil Mine dengan sebutan ‘wanita jalang’]

“Melakukan hal semacam ini kepada satu-satunya rekannya di dunia lain... sungguh sampah.”
“Ya, kalian benar. Bahkan aku tak punya rasa belas kasihan padanya.”

Ren dan Itsuki bahkan tak ragu untuk menyalahkanku. Jadi, mereka semua telah bersekongkol sejak awal, hah? Semenjak aku hanya memiliki sebuah perisai, karena aku lemah, karena aku tak bisa bertarung, mereka semua memutuskan untuk menginjak-injakku untuk keuntungan mereka sendiri?

...Sampah.

Mereka semua hanyalah sampah pengecut. Tak satupun dari mereka yang pernah mempercayaiku. Yah, persetan dengan itu semua! Mengapa aku harus melindungi orang-orang seperti mereka! Aku tak peduli dunia ini hancur!

“...Baiklah, terserah. Mengapa kalian tak mengirimku kembali ke dunia asalku saja? Lalu kalian bisa mendapatkan seorang Pahlawan Perisai yang baru.”

Dunia paralel? Ha! Mengapa aku harus pergi sejauh itu hanya untuk merasakan pengalaman semacam ini!?

“Setelah keadaan tak lagi berpihak padamu, kini kau melarikan diri, huh? Sungguh menyedihkan.”
“Aku setuju. Seseorang yang mengabaikan tanggung jawabnya dan melakukan tindak kekerasan terhadap seorang wanita hanyalah...”
“Pergi saja! Seseorang sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi seorang Pahlawan!”

Aku ingin sekali membunuh mereka. Ren, Motoyasu, Itsuki – aku ingin membunuh mereka saat ini juga. Seharusnya ini adalah kesempatanku untuk menikmati petualangan di dunia paralel, dan mereka telah menghancurkannya.

“Jadi, kalian tunggu apa lagi!? Kirim aku kembali!”

Akan tetapi, sang raja hanya bersedekap dan mengerutkan keningnya.

“Aku berharap ada sebuah cara untuk mengirim kembali seorang Pahlawan sepertimu kembali ke tempat asalmu, aku mengharapkannya. Akan tetapi, para penelitiku telah memberitahukanku bahwa pemanggilan lainnya hanya bisa dilakukan setelah kesemua empat pahlawan yang ada saat ini lenyap.”
“...Apa?”
“Itu tidak mungkin...”
“Ti-tidak...”

Akhirnya, bahkan ketiga pahlawan lainnya kini kehabisan kata-kata.

Tak ada cara untuk kami kembali ke dunia asal kami?

“Jadi maksudmu kami terjebak di sini!?”

Ini pasti hanya bercanda!

“Kalian bisa lepaskan aku sekarang!”

Aku mencoba melawan para kesatria yang menahanku.

“Hey! Kau pikir apa yang kau lakukan?”
“Jangan berpikir untuk kabur!”

Sebagai balasannya, satu dari mereka memukulku.

*tak*

Sungguh suara yang bagus. Entah mengapa, pukulannya tak sakit sama sekali. Kelihatannya apa yang kurasakan tak sama dengan kesatria yang memukulku, kutahu, karena dia menggenggam tangannya yang dia pukulkan kepadaku dan mengerang kesakitan.

“Jadi? Kalau kalian tak bisa mengirimku kembali, apa yang akan kalian lakukan terhadapku?”

Aku menghapus mati rasa di tanganku karena terlalu lama ditahan, dan menghadap ke arah sang raja.

“...Tak ada. Kau ada untuk melawan Gelombang Bencana, jadi secara resmi kami takkan menghukummu. Akan tetapi. Berita kejahatanmu telah tersebarkan ke para warga. Hal itu yang akan menjadi hukumanmu. Jangan harap kau bisa pergi bekerja di kerajaanku.”
“Oh, bocah, kau sungguh sangat dermawan!”

Singkatnya, dia mengatakan padaku untuk meningkatkan levelku sebagai seorang petualang dan bersiap untuk Gelombangnya.

“Kau akan kembali ke sini dalam waktu satu bulan untuk bertempur. Bahkan jika kau adalah seorang kriminal, kau masihlah si Pahlawan Perisai. Jangan coba untuk kabur dari tanggung jawabmu.”
“Aku mengerti! Lagi pula, aku ini lemah. Dan aku telah membuang waktuku.”

*kerincing*

Ah, benar juga. Aku telah benar-benar lupa tentang uang yang kusembunyikan di balik perisaiku.

“Hey! Ini yang kau inginkan, bukan!?”

Aku melemparkan 30 koin perak terakhirku tepat ke wajah Motoyasu.

“Woah! Apa yang kau...!”

Tentu saja, Motoyasu mulai membentakku lagi, tapi aku mengabaikannya.

Sesaat aku meninggalkan istana, para warga menuding ke arahku dan mulai berbisik-bisik dalam kerumunan. Tak bisa kupercaya, sungguh mengejutkan. Setidaknya, di sini rumor beredar dengan sangat cepat.

Bagaimanapun, kepercayaanku dan uangku kini telah benar-benar lenyap.

Inilah awal petualangan nyata menyedihkanku di dunia paralel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar