Sabtu, 25 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 13 (Bahasa Indonesia)

Obat-obatan

Hari telah berganti dengan malam yang dingin; sudah hampir waktunya untuk perut Raphtalia berbunyi. Meninggalkan barang-barang kami di penginapan, kami pergi ke restoran terdekat untuk makan malam.

Kami baru saja memakan camilan tadi. Raphtalia membelinya dari toko tak dikenal, walau aku tak tahu apa enaknya camilan itu. Sudah kuduga, aku butuh suatu cara untuk membuat dompetku tebal. Kurasa berkemah di luar akan menjadi rencana selanjutnya. Jadi, aku akan membiarkanmu makan sepuasnya!

“Coba lihat, tolong Delia-set untuk dua orang dan sebuah Neapolitan.”

Setelah memberikan pesanan kami ke pelayan, makan malam kami pun tiba.

“Mari makan.”
“Un.”

Raphtalia mulai makan dengan memenuhi mulutnya dengan makanannya menggunakan tangannya lagi. Dilihat dari pertumbuhannya, kurasa dia berusia sekitar 10an. Dia sudah mulai melirik ke piringku, jadi aku pergi untuk memesan lagi.

“Makan sebanyak yang kau mau karena mulai besok kita akan berkemah.”
“I-gu-ya!”

Mengangguk dan makan di saat yang sama adalah sikap yang buruk. Tapi karena Raphtalia makan dengan lahapnya, aku akan memaafkan sikapnya kali ini. Setelah itu, kami kembali ke ruangan kami di mana aku membetulkan penampilan Raphtalia lagi.

Jumat, 24 Maret 2017

Skeleton Knight, Going Out to the Parallel Universe: Volume 1 Chapter 5 (Bahasa Indonesia)

Kota Pertama, Rubierute Bagian 2

 
Setelah berpisah dengan Arc-sama di dekat gerbang Timur, kukendarai kereta kudanya ke kediaman pemimpin feodal di pusat kota. Orang-orang yang datang dan pergi silih berganti saat malam mulai tiba.

Akhirnya, gerbang kediaman mulai terlihat. Dikelilingi oleh tembok batu setinggi 4 meter, gerbangnya terbuat dari kayu dan diperkuat dengan besi. Di sana juga berdiri tiga penjaga yang bersiaga.

Setelah melihat lambang keluarga yang ada di kereta kuda, seorang penjaga memberikan perintah untuk membuka gerbangnya. Ketika gerbangnya terbuka, kereta kuda memasuki taman di depan kediaman. Aku bisa menyadari betapa gugupnya para penjaga. Lagi pula, kereta kuda pemimpin feodal ini kembali tanpa ada satu pun pengawal. Keenam kuda yang diikatkan ke kereta, menandakan bahwa sebuah tragedi baru saja terjadi.

Berita kepulangan kami mestinya sudah sampai kemari, karena kepala pelayan keluarga Robert telah menanti kami di depan rumah.

“Rita Farren. Apa yang telah terjadi!?”

Si kepala pelayan memiliki rambut putih tipis dan jenggot yang tumbuh dengan baik. Tanpa sikap lembutnya yang biasa, dia meminta penjelasan kepadaku. Ketika aku akan menjawab pertanyaan tersebut, pintu kereta terbuka dengan keras. Lauren Ojou-sama melompat keluar dari kereta dan bergegas masuk ke rumah.

Tindakannya membuat wajah para pelayan terlihat terkejut.

Kamis, 23 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 12 (Bahasa Indonesia)

Milikmu, Milikku Juga

Sekitar pertengahan hari, kubuka mataku dan Raphtalia telah menantiku di sana.

“Apakah kita akan pergi ke kota benteng? *Uhuk*”
“Ha ha.”

Dia terbatuk lagi. Diam-diam kuserahkan ‘obat biasa’ kepadanya dan Raphtalia mengambilnya sembari mengerutkan dahi. Setelah itu, sudah saatnya kami pergi ke apotek untuk berbisnis.

“Fumu... kualitasnya juga tidak buruk. Yuusha-sama, apakah anda mahir dalam farmasi?”

Karena aku sudah kenal dengan toko ini, aku bisa mengetahui beberapa obat yang diproduksi di sini.

“Tidak, kemarin baru pertama kali aku membuatnya. Dibandingkan dengan menjual tanaman obat, mana yang lebih menguntungkan?”
 “Pertanyaan yang sulit. Meskipun tanaman obat lebih murah untuk digunakan, terkadang obat-obatan bisa menyelamatkan nyawamu.”

Meskipun si apoteker mengerutkan dahinya ketika dia melihat Raphtalia, setelah mengamatinya aku tahu dia tak mencoba menipuku dan berbicara jujur.

“Harga obat-obatan tengah melambung tinggi karena adanya ralaman ini, jadi permintaannya sedang tinggi.”
“Fumu...”

Antara risiko gagal meramu obat untuk harga yang lebih baik, atau langsung menjual produk tanaman obat; hal ini dapat diperdebatkan mana dari kedua hal tersebut yang lebih menguntungkan. Akan tetapi, semua punya kelebihan masing-masing. Tak ada ruginya terus mengumpulkan barang-barang tersebut.

Rabu, 22 Maret 2017

Skeleton Knight, Going Out to the Parallel Universe: Volume 1 Chapter 4 (Bahasa Indonesia)

Kota Pertama, Ruberiete Bagian 1


“Saya mengerti mungkin ini terlambat, namun izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Rita Farren. Saya adalah pelayan dari Lauren Roberts, anak perempuan dari kediaman bangsawan Ruberiete.”

Sembari mengendarai kereta kudanya, Rita sedikit menganggukkan kepalanya sebelum berbicara kepadaku. Mata cokelatnya terpaku padaku. Sebenarnya, dia telah menunggu semacam perkenalan diri.

“Hmm, aku adalah seorang pengelana. Kau bisa memanggilku Arc.”

Aku memperkenalkan diriku dengan kasar dan kembali memperhatikan jalannya. Tentu saja nama itu adalah nama karakter gameku. Dalam tubuh ini, kurasa menggunakan identitas itu adalah tindakan yang paling cocok.

Namun tetap saja, aku tak percaya gadis dalam kereta ini adalah seorang bangsawan. Meskipun aku telah berencana untuk tak terlalu menampakkan diri, kurasa rencanaku kini berada dalam ambang kehancuran. Aku harus cepat membuat pergerakan, atau aku akan terlibat dalam masalah lainnya.

“Arc-sama, apakah mungkin tujuan anda adalah Rhoden?”

Rhoden? Apakah Rhoden adalah sebuah wilayah? Atau sebuah negara? Aku tak tahu. Nama itu tak pernah disebutkan di dalam game.

“Tidak, sebagai seorang pengelana, aku hanya mengembara. Jadi menentukan suatu tujuan...... akan mencegahku untuk bepergian jauh.”

Sembari mengatakan jawaban yang pas, aku menatap bukit yang bermandikan cahaya petang, berharap akan membuat hawa yang menenangkan.

Senin, 20 Maret 2017

Skeleton Knight, Going Out to the Parallel Universe: Volume 1 Chapter 3 (Bahasa Indonesia)

Sebuah Serangan Kejutan Tidaklah Pengecut Bagian 2


Bagiku, jalur yang searah dengan tepi sungai tak terasa seperti jalan sebenarnya.
Hanya saja tanahnya datar, dan satu-satunya yang menandainya sebagai jalan adalah sebuah jejak roda kereta kuda. Aku mengikuti arus sungai menggunakan Dimensional step.

Hingga aku melihat sebuah kereta kuda yang berhenti di depanku.

Akhirnya aku dapat bertemu dengan penduduk dunia ini, tapi ada sesuatu yang salah.

Untuk menyelidikinya, aku bergerak ke lokasi di dekatnya, dan memeriksa kereta kuda tersebut. Seorang pria bertubuh besar terlihat tengah menusukkan pedangnya ke arah seorang pengawal. Di tanah, tergeletak mayat dari lima pengawal lainnya. Orang yang berada di hadapan bandit itu tumbang, hanya ada enam bandit dan dua wanita yang tersisa. Dilihat dari manapun, kejadian ini semakin aneh.

Jikalau aku ingin menyelamatkan kedua wanita tersebut, aku harus mengurus keenam bandit yang takkan ragu untuk membunuh. Akan tetapi, jika aku keluar dan berkata “Hentikan, kalian semua” tak akan menyelesaikan apapun.

Jika ini adalah game, maka perlengkapan kuatku akan membuatku aman saja jika kutantang mereka. Tapi dalam kenyataan, hasil akhirnya bisa saja berubah melalui kesempatan.

Hanya ada satu strategi yang pasti bisa membuatku menang, aku harus melancarkan sebuah serangan kejutan. Semuanya akan bergantung dari berapa banyak yang bisa kutumbangkan dari tindakan awalku. Akan tetapi, kemungkinannya akan sangat berpihak padaku dengan rencana ini. Lagi pula aku bisa saja menggunakan Dimensional step jika seranganku gagal. Pertama, aku harus membunuh orang yang terlihat paling kuat.

Dalam pandanganku, orang yang kini kuincar telah melepaskan celananya dan mengumbar bokong menjijikkannya.

Kuhunuskan pedangku dari sarungnya, senjata tingkat mistik, Holy Thunder Sword kini siap untuk melepaskan sedikit kekuatannya yang sanggup menumbangkan pohon dengan sekali tebas. Oke, aku siap.

Langsung saja, aku telah berada di belakang para bandit dengan menggunakan sihir perpindahan.

‒‒Kalau kalian menanyakan hasilnya, serangan kejutan ini berbuah sangat manis. Lebih tepatnya, kemenangan telak.

Bahkan sebelum mereka bereaksi, empat orang telah kulumpuhkan. Dan dua yang melarikan diri dapat kuurus dengan cepat.

Lagian sejak awal aku tak bermaksud membiarkan satu pun bandit kabur. Layaknya aku telah memasuki keadaan bertempur, ketika aku melihat seseorang mencoba untuk kabur, tubuhku langsung bergerak dengan cepat. Menunjukkan punggungmu kepada seorang predator adalah dosa bagimu, ketika mencoba untuk kabur dari mereka. Itulah mengapa aku menggunakan Flying Dragon slash untuk melancarkan serangan terakhirnya......

Meskipun kulakukan ini untuk menyelamatkan para wanita itu, aku tak merasakan apapun saat membunuh. Aku penasaran apakah ini efek mental?

Aku mulai melihat ke sekeliling, saat aku merasakan ragu bahwa sesuatu telah terlewatkan.
‒‒Yah, walau aku memikirkannya sekarang, sepertinya aku takkan menemukan jawabannya......

Yang lebih penting, karena ancaman para bandit telah terselesaikan, mungkin aku bisa membuat para wanita ini untuk menuntunku ke kota terdekat.

Untun dua wanita ini, aku sedikit bingung bagaimana aku harus terlihat di depan mereka. Aku mencoba untuk menenangkan mereka dengan berkata.

“Apa kalian baik-baik saja?”

Aku memanggil kedua wanita tersebut, berbicara dengan nada normal, layaknya aku adalah seorang pengembara biasa.

Nada ini sangat cocok ketika aku bermain game.

Ini adalah sikap dasar saat bermain, meskipun biasanya aku mengetik pada keyboard terlebih dulu sebelum berbicara. Bahkan meskipun kami tak berakting, kebanyakan orang paling tidak akan melakukannya....... kurasa begitu.

Omong-omong, latar belakang karakterku di sini adalah seorang warrior, dan aku mempunyai kecakapan sebagai seorang holy knight. Sebuah kutukan telah merubahku menjadi seorang skeleton, maka dari itu aku berkelana untuk mencari cara menyembuhkannya. Aku adalah seorang warrior yang baik di awal 40 tahunan... itulah latar belakang yang telah kusiapkan jika ditanyai.

Salah satu wanita tersebut masih seorang gadis, dan memiliki rambut berwarna kemerahan. Dia duduk tercengang di sana, bermandikan darah para bandit. Sungguh, sangat menyedihkan......

Wanita lainnya adalah seorang berumur 20an dan mengenakan sisa-sisa seragam pelayan. Dia memiliki rambut ikal pendek berwarna merah, dan menatapku dengan mata cokelatnya yang tajam. Bajunya rusak parah di sekitar dadanya sembari dia mencoba untuk menutupi payudaranya dengan tangannya. Tak banyak darah korban yang menodainya.

“Kalian harus membasuh tubuh kalian di sungai. Aku akan membereskan sisanya saat kalian membasuh tubuh kalian.”
“I-iya, terima kasih banyak. Saya akan menuntun Ojou-sama ke sana.”

Menuruti perintahku, pelayan berambut merah tersebut masuk ke dalam kereta dan mengambil beberapa pakaian, lalu dia menutupi si gadis, yang ia sebut Ojou-sama, dengan sebuah kain dan menuntunnya ke tepi sungai.

Lalu aku melihat sekeliling lagi.

Keseluruhan, di sini terdapat 6 tubuh bandit, dan 7 pengawal. Sebuah kejadian yang mengerikan. Ini seperti menonton sebuah adegan kecelakaan mengerikan dari sebuah drama TV luar negeri. Juga ada 12 kuda, tak termasuk dengan yang terikat dengan kereta kuda. Dilihat dari pelana dan perlengkapan lain pada kudanya, 6 dari mereka kelihatannya milik para bandit.

Sebuah kuda pada masa seperti ini pasti sangat mahal. Pastinya semahal sebuah mobil modern. Menjual keenam kuda yang dimiliki oleh para bandit pasti sudah bisa menutupi biaya perjalananku. Apakah aku juga bisa mendapat uang dari menjual senjata mereka? Senjatanya pasti juga cukup berharga, secara benda-benda tersebut pada dasarnya adalah logam.

Kuputuskan untuk membuang armor kulit yang kelihatannya tak terlalu berharga, lagian kebanyakan mereka ternoda oleh darah.

Aku merogoh salah satu tubuh bandit untuk beberapa saat. Sesuatu seperti sebuah kantung kulit terikat di pinggangnya. Aku lepaskan ikatannya untuk memastikan isinya, 4 keping perak berukuran sekitar koin 100 yen, dan 15 keping dengan beragam warna berukuran sekitar koin 15 yen. Sebuah tanda yang sama juga tergambar di benda-benda tersebut.

Sepertinya ini adalah uang yang digunakan di sini. Koin perak dan perunggu? Membandingkannya dengan koin yang kalian lihat di Jepang, membuatku tak bisa berkata-kata. Jadi inilah yang disebut harta kekayaan.

Setelah beberapa saat, aku yakin aku telah mengambil semua barang berharga milik para bandit.

Setengah tubuh bagian bawah si bos yang mengambang dalam kubangan, punya 6 keping emas yang berukuran koin 1 yen. Kemungkinan ini adalah koin emas, meskipun kecil, namun cukup berat.

Dari semua bandit, aku mendapatkan 6 emas, 31 perak, dan 67 perunggu. Mungkin ini angka yang cukup kecil, tapi aku tak bisa menganggap seperti itu tanpa mengetahui harga sesuatu.

Di sini terdapat 6 pedang, 1 senjata seperti gada, dan 3 belati.

Senjata-senjata tersebut kukumpulkan ke dalam sebuah kantung yang kutemukan di salah satu kuda milik bandit.

Mayat para bandit kutumpuk di pinggir jalan. Apakah aku sudah terbiasa dengan kejadian ini dari adegan drama luar negeri yang kutonton? Saat kusadari perbedaan sifatku ini, aku merenungkannya.

Kulancarkan Flame  ke arah tumpukan mayat. Melalui tanganku seperti pelontar api, sebuah pancaran api menghanguskan tumpukan mayat bandit.

Saat mereka menjadi abu, mereka akan berguna untuk tanaman sebagai pupuk.

Tiba-tiba aku melihat, sebuah perunggu terjatuh di dekat kobaran api.

Aku mengambilnya dan melemparkannya ke dalam kobaran api, aku tak tahu apakah di sini ada peri dari sungai Styx atau tidak, tapi setidaknya salah satu dari mereka mestinya bisa menyeberangi sungainya sekarang.

Saat kulihat kobaran api dan asap yang terbang ke ada, dua wanita tersebut kembali.

Ojou-sama berambut cokelat itu segera kembali ke dalam kereta, akan tetapi, raut mukanya terlihat membaik. Si pelayan mengeluarkan sebuah tas kulit yang terikat di belakang kereta dan mengambil beberapa pasang kain dari sana.

“Tubuh para bandit telah aku kremasi, apakah kau ingin aku melakukannya pada para pengawal juga?”

Aku menanyakannya tentang perlakuan terhadap mayat-mayat tersebut. Dia terdiam sejenak, dan memikirkannya.

“Tubuh mereka akan dibawa pulang nanti oleh prajurit lainnya. Hanya senjata dan kuda-kuda yang akan dibawa pulang, terima kasih telah mengurusnya.” Jawabnya, menunduk dengan sopan.
“Baiklah.”

Aku menjawab dengan sebuah jawaban singkat, dan mulai memindahkan tubuh-tubuh itu.

Si pelayan menaiki keretanya dengan baju gantinya, dan menarik gordennya.

Kutemukan kantung lainnya, kutaruh senjata para pengawal ke dalamnya, dan menaruhnya di belakang kereta.

Lalu kuikatkan kuda-kuda para pengawal ke kereta kuda, dengan beberapa tali milik bandit yang kutemukan.

Sedang untuk kuda milik para bandit, lima dari mereka kuikatkan ke salah satu yang terlihat paling kuat. Sekarang pasti akan sulit bagi mereka untuk kabur, dan aku bisa membawa kuda-kuda ini ke kota dengan menarik ikatannya.

Kuda yang kutumpangi terlihat sedikit terganggu dengan bobot body armorku...

Setelah beberapa saat, si pelayan muncul dengan bajunya yang baru.

“Hari ini Anda telah menyelamatkan kami dari situasi yang berbahaya, kami benar-benar berterima kasih.”

Di pelayan itu perlahan menyilangkan tangannya, dan membungkuk dengan dalam.

“Kebetulan aku sedang lewat di dekat sini. Tuntun aku ke kota terdekat dan kita impas.”

Aku merasa sedikit bersalah telah memanfaatkannya seperti itu, tapi perjalanan ke kota kini telah menjadi tujuan yang kami sepakati.

“Terima kasih banyak!”

Si pelayan, tanpa menyadari maksudku, memasang wajah senang, sembari dia berterima kasih lagi kepadaku dan menaiki kursi kusir kereta kudanya.

Saat kereta tersebut mulai bergerak perlahan, aku menumpangi kudaku di sampingnya. Kuda-kuda lainnya kutarik dengan tali, dan perlahan mengikuti dari belakang.

Minggu, 19 Maret 2017

Tate no Yuusha no Nariagari: Volume 1 Chapter 10 (Bahasa Indonesia)



Paket Makan Anak-Anak

“Kau...”

Oyaji sungguh terkejut ketika melihatku membawa Raphtalia masuk ke Toko Senjata bersamaku. Ya, demi membuatnya bisa bertarung dengan efisien... dia membutuhkan lebih banyak kekuatan serangan. Jadi tidak masuk akal kalau dia tak kubelikan sebuah senjata.
[TL Note: mulai di chapter ini, penjaga toko mulai dipanggil ‘Oyaji’ yang dalam bahasa Jepang panggilan kepada orang yang lebih tua dan cukup dikenal. Kalau di Indonesia kita menyebutnya Om atau Paman.]

“Kasih aku senjata yang harganya sekitar 6 koin perak yang bisa digunakan gadis ini.”
“...Hah.”

Si penjaga Toko Senjata menghela napas panjang.

“Apakah memang negeri ini yang sudah rusak, atau kau yang telah jatuh terlalu dalam ke dalam kegelapan... yah terserah, lagian aku tetap akan mendapat 6 koin perak itu.”
“Apakah kau masih punya barang sisaan lainnya seperti baju biasa atau sebuah jubah?”
“...Tak usah khawatir. Akan ku tambahkan itu secara gratis.”

Oyaji menggerutu dengan semacam nada ... sembari membawa beberapa pisau.

Skeleton Knight, Going Out to the Parallel Universe: Volume 1 Chapter 2 (Bahasa Indonesia)



Sebuah Serangan Kejutan Tidaklah Pengecut Bagian 1



Kami terus menuruni sebuah jalanan sepi dengan kecepatan tinggi. Suara hentakan dari sepatu kuda menggema, seiringan dengan para penjaga di punggung kuda yang mengawal kereta kuda berjalan berdampingan. Kereta kuda tersebut berguncang dari waktu ke waktu saat rodanya mengenai batu-batuan di jalan.

Diam-diam kuawasi bagian belakang kereta kuda tersebut, menatap ke dalam jendela yang menghadap ke belakang. Sungai yang berada di samping kanan jalan, dengan permukaan air yang disinari oleh matahari terbenam, mewarnai lingkup sekitar dengan gemerlap petang. Sebuah bukit yang sedikit condong di samping kiri, dan sekawanan hewan dapat terlihat bergerak sejalan. Di depan sana, semak-semak kecil mulai membatasi jalanan, dan mulai menampakkan bayangannya di kejauhan.

Hanya suara dari roda kereta kuda dan tapak kuda yang bergema, dengan tak ada kejanggalan apapun. Akan tetapi, para pengawal terlihat jatuh ke dalam keheningan yang berat. Itu karena situasi tak terduga yang dihadapi kelompok ini beberapa saat yang lalu.

Lauren Ojou-sama, sebagai perwakilan dari kediaman Rubierute, hendak menghadiri pesta yang diadakan oleh kediaman Diento. Saat kami berada dalam perjalanan pulang, sebuah kelompok bandit menyergap kami tiba-tiba. Dengan munculnya lebih dari dua puluh perampok, sembilan dari pengawal memecah formasi untuk menahan mereka selama mungkin untuk menghindari kejaran.

Hanya lima prajurit dan seorang kesatria tersisa bersama dengan kereta kuda tersebut. Serta tak ada tanda-tanda pengawal yang tadi menyusul dari belakang.

Skeleton Knight, Going Out to the Parallel Universe: Volume 1 Chapter 1 (Bahasa Indonesia)

「Aku Berada di Dalam Dunia yang Berbeda」


Saat aku mengetahuinya, aku sadar aku tak tahu bagaimana aku bisa berada di sini.

Di sana terdapat sebuah daerah berbukit yang tertutup oleh rerumputan hijau. Mataharinya masih tinggi di atas langit, jadi mungkin saat ini masih menjelang sore hari. Angin yang berhembus melalui rerumputan, memberikan kesan pemandangan lautan hijau; sebuah gelombang rerumputan yang mengarah kepadaku saat aku duduk di atas sebuah batu besar. Bau dari tanah yang lembab dan rerumputan yang bercampur dengan angin, dan aromanya mengalir menuju lubang hidungku. Anginnya berhembus menuju ke dalam hutan di belakangku, menggoyangkan dedaunan pohon-pohon tersebut.

Tanpa tujuan, aku berdiri di atas batu yang tadi kududuki, lalu menyegarkan mataku dengan pemandangan tak terhingga dari cakrawala. Sebuah pemandangan seperti ini benar-benar tak bisa kita jumpai di Jepang kecil kita dulu, kan?

Akhirnya, aku menyadari penampilanku.

Berhiaskan dengan detail terbaik, sebuah armor full body berwarna perak dengan corak putih dan biru, menyerupai sesosok dari sebuah legenda atau hal mistis, menghiasi tubuhku.

Sebuah mantel hitam pekat tertiup oleh angin; di dalam mantel itu, dapat terlihat secercah cahaya kecil, mengingatkanku kepada langit yang berbintang.

Di punggungku, aku membawa sebuah perisai bundar besar dengan suatu emblem yang rumit di tengahnya, serta sebuah benda yang tak lain hanya bisa disebut sebagai pedang suci yang memberikan semacam aura menakjubkan.

Perlengkapan ini sungguh berbeda dari penampilanku pada biasanya, tapi aku mengenalnya dengan baik. Bahkan hari ini, sebelum aku tertidur di depan komputerku setelah bermain game online, perlengkapan ini sedang dipakai oleh karakter pemainku.

“Astajim?!”